Selasa, 22 Desember 2015

PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA



                      PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
              MENGGUNAKAN    STRATEGI      PEMBELAJARAN
                KOOPERATIF TIPE TEAM GEAM TOURNAMENT
                DAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERY
                   ONEISATEACHER HEREPADA SISWA
KELASVIIISMPN 1 PANTI
TAHUNPELAJARAN
2015/2016

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas Akhir Mata Kuliah Metode
Penelitian Pendidikan Matematika


Oleh:

DESI HELVINA
NIM : 2413.034

Alamat blog:
Desihelvina.blogspot.com

Nama blog:
Tentang Kita
                                                        



JURUSAN PENDIDIKANMATEMATIKA
 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BUKITTINGGI
2015 M/1436H



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN                                                   

A.    Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B.     Identifikasi Masalah............................................................................ 9
C.     Batasan Masalah.................................................................................. 9
D.    Rumusan Masalah................................................................................ 10
E.     Tujuan Penelitian................................................................................. 10
F.      Defenisi Istilah.................................................................................... 10
G.    Manfaat Penelitian............................................................................... 12
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Matematika.................................................................. 13
B.     Pembelajaran Kooperatif.................................................................... 15
C.     Team Geam Tournament (TGT)......................................................... 18
D.    Pembentukan Kelompok.................................................................... 22
E.     Strategi Pembelajaran Aktif................................................................ 23
F.      Strategi Pembelajaran Aktif Everyone Is A Teacher Here................. 26
G.    Hasil Belajar....................................................................................... 31
H.    Kerangka Konseptual......................................................................... 32
I.       Hipotesis............................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian.................................................................................... 34
B.     Rancangan Penelitian.......................................................................... 34
C.     Populasi dan Sampel............................................................................ 35
D.    Variabel dan Data Penelitian............................................................... 42
E.     Prosedur Penelitian.............................................................................. 44
F.      Instrumen Penelitian............................................................................ 47
G.    Teknik Analisis Data........................................................................... 54
DAFTAR KEPUSTAKAAN
  




BAB I

PENDAHULUAN

                                                                         

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.[1] Setiap anak yang lahir ke dunia membawa potensi yang harus dikembangkan melalui suatu cara atau jalan yang dinamakan pendidikan. Sebagaimana dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan keterampilan manusia sehingga bisa mengembangkan potensi diri, memberdayakan potensi alam dan lingkungan untuk kepentingan hidupnya. Allah SWT membekali manusia dengan berbagai kemampuan yang kodratnya sesuai dengan keinginan untuk mengetahui apa saja, salah satunya adalah ilmu hitung atau disebut juga dengan ilmu matematika.
Matematika merupakan pelajaran yang dipelajari dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, hal ini menunjukkan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan. Perlu  diketahui bahwa matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya.[3]
Pendidikan itu penting untuk siapa saja, untuk bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik. Seseorang harus melakukan suatu usaha untuk bisa mendapatkan ilmu pegetahuan, firman Allah dalam Q.S Ar Ra’d ayat 11 :
, . . . 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Artinya :“. . . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan (nasib) yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”[4]

Surat Ar-Ra’d ayat 11 di atas menjelaskan bahwasanya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka yang berusaha untuk merubahnya. Demikian juga dalam pendidikan, banyak hal yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai..
Dalam proses pendidikan,  pembelajaran harus berjalan aktif untuk seluruh siswa karena hal tersebut menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran. Menurut Agus Suprijo, pembelajaran aktif pada hakikatnya adalah untuk mengarahkan potensi siswa terhadap materi yang di pelajari, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar merupakan proses aktif si pembelajar dalam membangun  pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan[5]. Dengan pembelajaran aktif diharapkan siswa dapat belajar secara efektif terutama pada pembelajaran matematika.
Pada hakikatnya, pembelajaran matematika berkenaan dengan konsep-konsep matematika yang tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.[6] Proses pembelajaran matematika akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Tanggungjawab belajar tetap berada pada diri siswa dan guru hanya bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan dan menyeluruh.[7] Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan.[8] Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Mengingat peranan matematika yang sangat penting dan luas tersebut, matematika mendapat perhatian khusus untuk peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, seharusnya matematika menjadi pelajaran yang diminati dan disenangi oleh siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika di sekolah seharusnya berjalan dengan baik dan menyenangkan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tujuan pembelajaran Matematika yang diinginkan yaitunya:
1.    Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan
2.    Mempersiapkan siswa meggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[9]
Implementasi yang baik dari metode dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat dan antusias siswa, serta dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Oleh sebab itu dengan suasana belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Akan tetapi berbeda halnya di SMPN 1 Panti. Berdasarkan observasi yang Penulis lakukan di kelas VIII SMPN 1 Panti pada tanggal 12-15 Oktober 2015 ditemukan bahwa selama proses pembelajaran matematika berlangsung, siswa kurang minat dalam belajar terutama membaca buku pelajaran, motivasi belajar, siswa lebih cenderung bersikap pasif, kurang semangat, cenderung tidak aktif dan lebih sering bermain dari pada belajar, seperti tidak mengerjakan latihan dengan serius, mengobrol dengan teman di sampingnya dan memainkan handphone. Sebagian siswa lainnya masih mengalami kesulitan memahami pelajaran dan mengerjakan latihan.
Selain itu, juga belum terlihat adanya interaksi antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai dalam kelas tersebut. Siswa yang kurang pandai  hanya cenderung menyalin pekerjaan seperti latihan dan catatan yang telah dibuat oleh siswa pandai, tanpa adanya berbagi pengetahuan diantara mereka.
Jika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa, pada ulangan harian  semester 1 Terlihat bahwa masih banyaknya nilai siswa yang berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMPN 1 Panti yaitu 75, Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.


 Tabel 1:Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas dan Tidak Tuntas pada Ulangan Harian Mata Pelajaran Matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016

KELAS
KKM
< 75
≥ 75
Jlh
%
Jlh
%
VIIIA
21
87,5
3
12,5
VIIIB
16
64
9
36
VIIIC
13
54,2
11
45,8
              (Sumber : Daftar nilai guru matematika kelas VIII  SMPN1 Panti).           

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa persentase siswa yang mencapai ketuntasan pada ketiga kelas masih rendah. Masalah ini perlu menjadi bahan kajian dan diperbaiki oleh guru maupun calon guru, karena guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Banyaknya siswa yang belum tuntas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor dari guru dan dari siswa itu sendiri. Peran guru terlihat masih dominan dalam pembelajaran matematika. Guru menjelaskan konsep dan menyajikan rumus-rumus kepada siswa, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan. Belum tampak adanya proses menemukan sendiri dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, faktor keaktifan dan minat siswa untuk belajar matematika juga memberikan pengaruh terhadap permasalahan di atas.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Penulis ingin membandingkan dua strategi  pembelajaran yang dirasa cocok untuk diterapkan pada kondisi ini yaitu strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
Ada beberapa argumen yang mendorong Penulis memilih pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournamen. Pertama, Team Games Tournament dapat memfasilitasi siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Terbuka lebar juga kesempatan untuk meminta penjelasan kepada teman mengenai konsep yang kurang dimengerti. Setiap anggota kelompok harus berhasil mendapatkan konsep yang benar sebelum mereka mengikuti turnamen. Siswa yang lebih pintar diharapkan akan membantu teman yang lemah, karena ia tidak mau temannya tersebut akan menurunkan skor kelompok mereka jika kalah dalam turnamen nantinya. Cara ini diharapkan dapat mengatasi masalah berupa perbedaan kebutuhan diantara siswa.
Kedua, Team Games Tournament diharapkan dapat menghindari siswa dari kebosanan, karena dalam pembelajaran terdapat tahap turnamen yang diikuti oleh setiap siswa. Setiap siswa akan merasa tertantang untuk mengangkat skor kelompoknya. Dan diakhir pembelajaran nantinya, kelompok terbaik dari setiap pertemuan  akan diberi penghargaan yang akan dipajang di depan kelas. Penghargaan adalah salah satu bentuk penguatan positif yang dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran.
Strategi pembelajaran Every One is A Teacher Here merupakan strategi mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa lain”. [10] Dalam pembelajaran Every One is A Teacher Here diharapkan siswa mampu memberikan pertanyaan dan membagi pengetahuan matematika yang dimilikinya kepada orang lain. Semua siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dan aktif dalam belajar. Setiap siswa saling berbagi dan saling membantu dalam belajar. Siswa yang berkemampuan tinggi akan membantu siswa yang berkemampuan rendah.
Jadi dalam strategi pembelajaran aktif tipe Team Games Tournament dan tipe Every One is A Teacher Here siswa dituntut lebih mandiri, kreatif, mampu bekerja sama dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru (teacher oriented). Dengan suasana seperti itu, penulis berharap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran akan dapat teratasi dan pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika akan meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan uraian di atas Penulis tertarik untuk melakukan Penulisan dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Dan Pembelajaran Aktif Tipe Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas  VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a.       Hasil belajar matematika siswa rendah.
b.      Pembelajaran yang dilakukan masih terpusat pada guru.
c.       Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika masih kurang.
d.      Kurangnya tanggung jawab dan kemandirian siswa.
e.       Kurangnya respon siswa terhadap mata pelajaran matematika.

C.    Batasan Masalah
Karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, maka masalah-masalah yang dibahas dalam Penulisan ini hanya difokuskan pada Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Dan Pembelajaran Aktif Tipe Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas  VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam Penulisan ini adalah  apakah hasil belajar siswa yang mengikuti Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) berbeda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here pada mata pelajaran matematika di kelas  VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016.

E.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan Penulisan yang akan diteliti, maka Penulisan ini bertujuan untuk : mengetahui hasil belajar siswa yang mengikuti Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) berbeda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here pada mata pelajaran matematika di kelas  VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016.

F.     Definisi Istilah
                        Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, Penulis akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1.      Perbedaan adalah selisih; tak sama. Maksud perbedaan di Penulisan ini adalah perbedaan antara hasil belajar yang dilakukan  dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
2.      Strategi pembelajaran aktif merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran secara optimal.
3.      Strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here adalah  suatu strategi  pembelajaran yang memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lain, strategi ini bertujuan untuk memperoleh partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab secara individu.
4.      Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan  pembelajaran dan merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Hasil belajar yang dimaksud dalam Penulisan ini adalah hasil belajar matematika siswa pada ranah kognitif yang diperoleh setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar pada pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan pembelajaran aktif  tipe Every One is A Teacher Here.




G.    Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari Penulisan ini adalah :
1.      Tambahan ilmu bagi Penulis dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan bekal sebagai calon guru.
2.      Sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.
3.      Pengalaman baru bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Panti belajar dengan stategi pembelajaran TGT dan Every One is A Teacher Here pada pembelajaran matematika.
4.      Bagi pihak lain yang akan melakukan Penulisan serupa ataupun sebagai bahan perbandingan untuk melakukan sebuah Penulisan.












                                                            BAB II      
KERANGKA TEORITIS
A.    Pembelajaran Matematika
Pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga  terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (Mulyasa, 2009). Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Menurut Slameto (1995:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Skinner dalam Dimyati (1999:9) berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”. Jadi belajar merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang baik yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1.      Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah
2.      Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah
3.      Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa
4.      Pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik
5.      Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. .
Matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara berpikir (way of thinking) dalam memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesis data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari. Selain itu, matematika dianggap sebagai bahasa (a language) dipergunakan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, tujuan mata pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan:
1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.      Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.


B.     Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Siswa belajar dalam kelompoknya dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.            Pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur yang membedakan pembelajaran ini dengan diskusi kelompok biasa. Unsur-unsur tersebut dikemukakan oleh Rusman (2010:208), yaitu
a.       Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup sepenanggungan bersama”
b.      Siswa bertanggungajawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri
c.       Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama
d.      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya
e.       Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok
f.       Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya
g.      Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif


Dengan memahami unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif diharapkan siswa bisa bekerjasama dalam kelompok, saling berbagi dan bertanggungjawab terhadap kelompok sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian siswa akan termotivasi dalam belajar dan diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat.
Adapun ciri-ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2010:208-209):
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.      Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.       Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d.      Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting seperti yang dinyatakan oleh Rusman (2010:208-209) yaitu “meningkatkan hasil akademik, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa”.
Menurut Rusman (2010: 211), pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a.       Tahap 1
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
b.      Tahap 2
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

c.       Tahap 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
d.      Tahap 4
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
e.       Tahap 5
      Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f.       Tahap 6
      Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan hasil belajar. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Sehingga belajar kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan pembelajaran.
C.     Team Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament secara bahasa berarti turnamen permainan tim, yang artinya siswa belajar bersama dalam tim, kemudian hasil diskusi bersama ini akan menjadi modal dalam mengikuti turnamen antar tim. Dalam turnamen, siswa akan bersaing dengan anggota tim lain yang kemampuannya setara, sehingga permainan dapat dikatakan adil.
Proses belajar bersama adakalanya menimbulkan kebosanan jika tidak ada sesuatu yang dapat menantang siswa di akhir pembelajaran. Dalam TGT turnamen akan menjadi motivasi bagi setiap anggota kelompok agar bertanggung jawab untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya untuk kelompok mereka.
Dalam metode ini, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan.
Gambaran umum mengenai langkah-langkah pembelajaran TGT modifikasi dari Robert E. Slavin adalah sebagai berikut:
1.      Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2.      Belajar Kelompok
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan akademik. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat turnamen.
3.      Persiapan turnamen
Beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu menyediakan meja turnamen, kartu bernomor, lembar soal, lembar jawaban, lembar pencatat skor. Penempatan siswa pada meja turnamen dilakukan berdasarkan kemampuan akademik yang homogen dari kelompok yang heterogen dimana satu meja turnamen ditempati oleh 4 atau 5 orang siswa.
4.      Permainan/ Pertandingan (Turnamen)
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen dan semua perlengkapan telah siap maka dilakukan turnamen. Setiap meja turnamen bermain pada saat yang sama dengan aturan permainan sebagai berikut:
Setiap siswa dalam meja turnamen diminta untuk mengambil salah satu kartu bernomor yang ada pada meja turnamen. Urutan pemain sesuai dengan urutan nomor kartu yang terambil oleh setiap pemain. Setelah itu, semua kartu yang telah terambil tadi diletakkan di atas meja turnamen dan siap untuk memulai permainan.
Pemain pertama mengambil satu kartu kemudian menjawab soal sesuai dengan nomor yang diperolehnya. Waktu yang diberikan untuk menjawab satu soal adalah maksimal 5 menit. Setelah waktu yang disediakan berakhir, jawaban tersebut dicocokkan dengan jawaban yang ada pada guru.
Giliran pertama yang harus menjawab adalah pemain pertama. Jika jawabannya benar, maka kartu itu berhak ia simpan. Pemain kedua, ketiga, atau keempat berhak menantang jawaban pemain pertama jika jawaban pemain pertama salah.
Semua pemain dapat menyatakan lewat jika benar-benar tidak mengetahui jawabannya dan kartu soal tersebut harus dikembalikan ke meja turnamen semula. Berikutnya adalah pemain kedua, ketiga, keempat, lalu kembali lagi ke pemain pertama, demikian seterusnya berganti giliran dengan ketentuan yang sama seperti pada putaran pertama. Turnamen akan dihentikan apabila kartu soal diatas meja sudah habis atau sampai jam pelajaran berakhir.
5.      Penghitungan skor
Dalam turnamen yang diselenggarakan oleh Penulis, setiap soal yang dijawab benar akan diberi skor 10, dan jika tidak dapat menjawab atau dijawab salah, tidak diberi skor dan tidak pula dikurangi perolehan skornya.
6.      Penghargaan Kelompok
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula penghargaan sebagai motivasi belajar.

Penerapan TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran, membantu mengaktifkan kemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasa bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar, sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi siswa. Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik yang dilaksanakan pada akhir pokok bahasan, memberikan peluang bagi setiap siswa untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga menuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran.
D.    Pembentukan Kelompok
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membuat siswa saling berbagi ilmu dan pemahaman, sehingga terbentuk kelompok-kelompok yang seimbang dalam pembelajaran, kelompok yang dibentuk haruslah heterogen dari segi kemampuan siswa. Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengelompokkan siswa secara heterogen adalah sebagai berikut: (Slavin, 2008:150)
a.       Urutkan hasil belajar siswa mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Hasil belajar yang digunakan bisa saja dari Nilai Ulangan Harian Matematika siswa pada materi sebelumnya.
b.      Tentukan jumlah kelompok yang akan dibuat dengan mempertimbangkan jumlah siswa dalam kelas tersebut. Misalnya: dari 36 siswa dapat dibuat 9 kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa.
c.       Namai kelompok sebagai A-H atau penamaan lainnya. Kemudian kelompokkan mulai dari peringkat teratas dengan menamakannya sebagai anggota kelompok A, B, C, dan seterusnya.
d.      Ulangi proses di point c, tetapi dimulai dari peringkat paling bawah.
e.       Tinggal 2 kelompok lagi yang belum dinamai, yaitu bagian tengah atas dan tengah bawah. Berikutnya namai kelompok siswa mulai dari bagian terbawah dari kelompok tengah atas terus ke atas, dan begitu juga mulai dari bagian teratas kelompok tengah bawah terus ke bawah.
f.       Jika ada siswa yang tidak mendapat kelompok karena jumlah siswa dalam kelas itu tidak dapat dibagi secara adil, maka “bagikan” siswa itu ke beberapa kelompok yang telah ada.
E.     Strategi Pembelajaran Aktif
                        Strategi merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang optimal. Jadi strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
                        Strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wina Sanjaya ”strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[11]
                        Strategi pembelajaran adalah yang sengaja direncanakan berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal.[12] Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa kegiatan. Wina juga  menyebutkan bahwa strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan.
                        Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang optimal. Bagi guru strategi pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar seperti mempermudah dan mempercepat memahami materi pelajaran, karena setiap strategi di rancang untuk mempermudah proses belajar mengajar.
                        Dalam pembelajaran strategi memiliki banyak fungsi salah satunya yaitu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Menurut Melvin L. Silberman belajar aktif merupakan belajar yang dapat menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran.[13]
Belajar aktif (active learning) merupakan belajar dengan memaksimalkan untuk dibahas dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat berbagi pengalaman satu sama lainnya.
Menurut Melvin dalam belajar aktif ini siswa secara aktif menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarkan, melihat, bertanya dan membahas suatu persoalan dengan orang lain.
Dalam belajar aktif siswa tidak sekedar menerima mereka mengupayakan pemecahan atas permasalahan yang diberikan guru kepada mereka. Dalam belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dalam proses belajar siswa harus lebih kreatif dalam mengembangkan informasi yang telah didapatnya agar proses pembelajaran lebih bermakna. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasa lebih menyenangkan sehingga hasil belajar siswa tercapai secara maksimal.
Dari kegiatan belajar aktif ada tiga tujuan penting yang harus dicapai, yaitu:
                            a.          Pembentukan tim : membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan menciptakan semangat kerjasama dan interdependensi.
                           b.          Penilaian sederhana : pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
                            c.          Keterlibatan belajar langsung : ciptakan minat awal terhadap pelajaran.[14]
Dari ketiga tujuan di atas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan kemauan mereka untuk ambil bagian dalam kegiatan belajar aktif. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif  merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran secara optimal.
F.     Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is a Teacher Here
Every One is A Teacher Here (setiap orang adalah guru) adalah  suatu strategi  pembelajaran yang memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lain. Strategi pembelajaran Every One is A Teacher Here merupakan cara tepat untuk memperoleh partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual, strategi ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.[15]
Dalam pembelajaran Every One is A Teacher Here kegiatan pembelajaran tidak didominasi oleh guru, siswa tidak hanya menerima penjelasan dan melaksanakan perintah yang diberikan oleh guru, melainkan mereka berusaha membangun pengetahuannya sendiri dengan melakukan kegiatan dalam upaya pencapaian pengetahuan yang mereka inginkan. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat melatih siswa untuk bertindak dan berpikir kreatif, siswa akan lebih mandiri dan tidak selalu bergantung kepada guru.
Pembelajaran Every One is A Teacher Here, merupakan salah satu cara untuk mendapatkan partisipasi siswa secara aktif. Silberman menyatakan: “strategi pembelajaran Every One is A Teacher Here merupakan strategi mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa lain.”[16] Menurut kutipan tersebut, pembelajaran Every One is A Teacher Here adalah strategi pembelajaran dengan siswa yang berperan sebagai seorang guru. Strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi temannya sendiri.
Materi yang disampaikan oleh teman sendiri lebih mudah untuk dipahami karena latar belakang pengalaman dan pengetahuan. Selain membuat temannya mengerti dengan yang dijelaskannya, siswa yang menjelaskan juga akan bertambah paham terhadap materi yang sedang dipelajari.
Nasution mengungkapkan bahwa: “Sering murid telah mampu mengajar teman sekelasnya daripada guru karena telah menyelami kesukaran-kesukaran yang dihadapi murid lainnya. Beberapa Penulisan juga menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru”. [17]
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menguasai materi dengan baik ketika mereka mampu mengajarkannya kepada siswa lainnya. Pada keadaan tertentu siswa juga akan lebih mudah memahami pelajaran ketika diajarkan oleh temannya dibanding ketika diajarkan oleh guru. Hal ini sejalan dengan strategi pembelajaran Every One is A Teacher Here yang membimbing siswa untuk menjadi guru bagi temannya sendiri.
Penerapan pembelajaran Every One is A Teacher Here dimulai dari guru untuk mempersiapkan bahan pengajaran berupa bacaan sesuai dengan pokok bahasan atau materi yang akan diajarkan. Kemudian siswa ditugaskan untuk membaca bahan yang telah diberikan oleh guru.

Langkah-langkah pembelajaran Every One is A Teacher Here menurut Silberman adalah sebagai berikut:
1)        Bagikan kartu indeks kepada tiap siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya, tugas membaca) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas.
2)        Kumpulkan kartu, kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
3)        Tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan kartu yang mereka dapatkan dan memberikan jawabannya.
4)        Setelah memberikan jawaban, perintahkan siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang membaca kartunya itu.
5)        Lanjutkan prosedur ini bila waktunya memungkinkan.[18]

Berdasakan uraian tersebut, melalui pembelajaran Every One is A Teacher Here diharapkan siswa akan lebih bergairah dan senang dalam menerima pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui pembelajaran Every One is A Teacher Here, hasil yang diharapkan adalah:
a)         Setiap diri masing-masing siswa berani mengemukakan pendapat (menyatakan dengan benar) melalui jawaban atas pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan sumber yang diberikan.
b)        Siswa mampu mengemukakan pendapat melalui tulisan dan menyatakannya di depan kelas.
c)         Siswa lain yang berani mengemukakan pendapat dan menyatakan kesalahan jawaban dari temannya yang disanggah, terlatih dalam menyimpulkan masalah dan hasil kajian pada masalah yang dikaji.[19]


Pembelajaran Every One is A Teacher Here sesuai dengan konsep belajar matematika. Dengan strategi pembelajaran ini siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran, melakukan presentasi, tanya jawab, dan saling berbagi pengetahuan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Dari penjelasan di atas, melalui pembelajaran Every One is A Teacher Here dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
a.         Kelebihan:
a)      Siswa mempunyai kesempatan untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri
b)      Siswa aktif menemukan konsep, melakukan presentasi tanya jawab, dan saling berbagi pengetahuan sesama mereka
c)      Memperoleh partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab secara individu
d)     Dapat menciptakan interaksi yang baik dalam pembelajaran
e)      Dapat melihat perbedaan kemampuan setiap individu siswa
b.         Kelemahan:
Pembelajaran akan terhambat jika tidak ada sumber bahan pelajaran.




G.    Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2002:11) “Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar adalah output yang dicapai berkat adanya pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang melibatkan beberapa komponen. Sedangkan hasil belajar matematika adalah output yang dicapai berkat adanya pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran.
Hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran dapat diketahui dengan menggunakan tes. Hasil tes ini kemudian diolah dan dianalisis oleh guru. Menurut Arikunto tujuan penilaian hasil belajar adalah “Untuk mengetahui apakah materi yang telah diberikan dapat dipahami dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum”.
Hasil belajar matematika adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dengan kata lain hasil belajar matematika adalah prestasi yang telah dicapai dan dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Hasil belajar yang akan diteliti dalam Penulisan ini adalah hasil belajar aspek  kognitif yaitu tes, dan aktivitas yang diamati dengan menggunakan lembaran observasi.
H.    Kerangka Konseptual
                        Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya maka Penulis dapat memberikan gambaran dalam pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Geam Tournament (TGT) dan pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Strategi pembelajaran  tipe Team Geam Tournament (TGT) dan tipe Every One is A Teacher Here diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Perbedaan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Hasil belajar pada kelas eksperimen 1 akan dianalisis perbedaannya dengan kelas eksperimen 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka konseptual di bawah ini:





GURU
 





SISWA
 
 




















 














Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual penelitan
I.       Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis dalam Penulisan ini adalah “hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Geam Tournament berbeda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here di kelas VII SMPN 1 Panti tahun pelajaran 2015/2016”.









BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis Penulisan ini adalah Penulisan eksperimen. Penulisan eksperimen merupakan Penulisan yang mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain.[20] Penulisan eksperimen yang digunakan adalah Penulisan pra-eksperimen. Penulisan pra-eksperimen adalah Penulisan yang mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil.[21] Pada Penulisan pra-eksperimen ini tujuannya adalah untuk melakukan perbandingan suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda, maka dikenalnya dua kelompok perbandingan yaitu kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.
B. Rancangan Penulisan
Rancangan Penulisan yang digunakan adalah Randomized Posttest-Only Comparison Groupdesign. Penulisan ini membagi kelompok Penulisan menjadi dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok eksperimen 1 adalah kelompok yang menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Team Geam Tournament dan kelompok eksperimen 2 adalah kelompok yang menggunakan strategi pembelajaran aktif Tipe Every One is A Teacher Here .
Tabel 3.1
Rancangan Penulisan Randomized Posttest-Only Comparison Groupdesign[22]

Kelompok
Perlakuan
Posttest
Eksperimen 1
X1
O
Eksperimen 2
X2
O
Keterangan:
X1  =
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen 1, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran tipe Team Geam Tournament
X2  =
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen 2, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Tipe Every One is A Teacher Here
O    =
Tes yang diberikan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 di akhir Penulisan.

C. Populasi dan Sampel
1.  Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek Penulisan.[23] Populasi dalam Penulisan ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Panti  pada tahun pelajaran 2015/2016  seperti yang terlihat pada tabel.


Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016
No
Kelas
Jumlah Peserta Didik
1
VIIIA
24
2
VIIIB
25
3
VIIIC
24
Jumlah
73
Sumber: Guru Matematika Kelas VIII SMPN 1 Panti

2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi terlihat dalam sampel yang diambil. Salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random.[24] Agar sampel yang diambil dapat mewakili sifat serta karakteristik populasi, maka Penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Mengumpulkan data nilai ujian tengah semester II matematika siswa kelas SMPN 1 Panti, kemudian menghitung rata-rata dan simpangan bakunya.
b.         Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai ujian tengah semester II siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak;
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi berdistribusi tidak nomal
Untuk mengetahui sampel berdistibusi normal, maka digunakan uji  Liliefort dengan langkah sebagai berikut:
1)        Data diperoleh dan diurutkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2)        Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus berikut:
           
Keterangan    : = Simpangan baku
                                     = Skor rata-rata
                                     = Skor dari tiap soal.
3)        Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang ;
4)        Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih baku atau sama dengan , yang dinyatakan dengan  dengan menggunakan rumus berikut:       
 
5)        Menghitung selisih , kemudian ditentukan nilai mutlaknya;
6)        Mengambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak,  selisihnya diberi simbol  ;
7)        Kemudian, dibandingkan nilai  yang diperoleh dengan nilai  pada tabel. Pada taraf  jika , maka  ditolak. Dan jika  , maka  diterima. Berarti data tersebut berdistribusi normal.[25]
Penulis juga melakukan uji normalitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Inputkan data ke dalam Software Minitab
2)        Klik Stat
3)        Pilihlah Basic Statistics
4)        Klik Normality Test
5)        Isikan variabel yang akan diinputkan pada kotak Variable
6)        Isikan Title
7)        Klik OK
c.       Melakukan uji homogenitas variansi.
Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Membuat hipotesis, yaitu:
H0     :  =  = 
H1    : paling sedikit satu tanda  sama dengan tidak berlaku
2)   Menghitung variansi masing-masing kelompok
3)   Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:
 
4)   Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
  
5)   Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
   X2 = (ln 10)
6)   Membandingkan  dengan  dengan kriteria bila  untuk taraf nyata (α = 0,05) maka tolak H0 artinya populasi tidak homogen[26]. Dan jika  <  untuk taraf nyata (α=0,05) maka terima H0 artinya populasi homogen.

Penulis juga melakukan uji homogenitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Inputkan data ke dalam Software Minitab
2)        Klik Data;
3)        Pindahkan kursor ke Stack;
4)        Klik Columns…;
5)        Isilah kotak pada stack the following columns dengan dengan melakukan double klik pada masing-masing data;
6)        Isilah kotak pada Column in current worksheet dengan kolom kosong (misal: C4);
7)        Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan Kolom kosong yang lainnya (misal C5);
8)        Klik Stat
9)        Pilihlah ANOVA
10)    Klik Test for Equal Variances
11)    Isilah pada kotak Responses dengan C4 dan Faktor dengan C5
12)    Isikan Title
13)    Klik OK
d.      Melakukan uji kesamaan rata-rata
Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:
1.    Membuat hipotesis
H0 : µ1 = µ 2 = µ3
          H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama
2.    Menentukan taraf nyata (α)
3.    Menentukan wilayah kritisnya dengan menggunakan rumus                 f>fα [ k – 1, N – K].
4.    Menentukan  perhitungan dengan bantuan tabel[27].



Tabel 3.5 Data hasil belajar siswa kelas populasi[28]

Populasi

2
1
2
3
1
X11
X12
.
.
X1n
X21
X22
.
.
X2n

X11
X12
.
.
X1n
X21
X22
.
.
X2n
Total
Nilai Tengah

T1

T2
χ2
Total
Nilai Tengah

T1
χ1

T2
χ2
     
Perhitungannya dengan menggunakan rumus :
Jumlah Kuadrat Total (JKT) := -
Jumlah Kuadrat untuk Niilai Tengah Kolom (JKK): -
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :
Tabel 3.6 Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Sumber Keragamam
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
f  Hitung
Nilai Tengah Kolom

Galat
JKK


JKG
k – 1


N – k
 =

=

Total
JKT
N – 1




5.    Keputusannya
Ho diterima jika f ≤ f α [ k – 1, N – k]
Ho ditolak  jika f > f α [ k – 1, N – k].[29]
Penulis juga melakukan uji kesamaan rata-rata menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Inputkan data ke dalam Software Minitab;
2)        Klik Data;
3)        Pindahkan kursor ke Stack;
4)        Klik Columns;
5)        Isilah kotak pada stack the following columns dengan dengan melakukan double klik pada masing-masing data;
6)        Isilah kotak pada Column in current worksheet dengan kolom kosong (misal: C4);
7)        Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan Kolom kosong yang lainnya (misal C5);
8)        Klik Stat;
9)        Pilihlah ANOVA;
10)    Klik One-Way;
11)    Isilah pada kotak Responses dengan C4dan Faktor dengan C5;
12)    Isilah confidence level;
13)    Klik OK;
e.       Pemilihan Sampel
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal, homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah dengan cara menulis nama kelas di kertas dan menggulungnya. Kemudian penulis mengundi gulungan kertas dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas pertama yang terambil merupakan kelas eksperimen 1, sedangkan pengambilan kertas kedua merupakan kelas eksperimen 2.

D.  Variabel dan Data
1.      Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan Penulisan. Adapun yang menjadi variabel dalam Penulisan ini adalah:
a.         Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau variabel yang menjadi sebab perubahan. Pada Penulisan ini yang menjadi variabel bebas adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Geam Tournament dan strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here .
b.         Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel yang menjadi akibat. Pada Penulisan ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament dan strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.  
2.      Data
a.         Jenis Data
Data yang digunakan dalam Penulisan ini adalah:
1)      Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh Penulis dari sumber utamanya.[30] Data primer pada Penulisan ini adalah  hasil belajar matematika siswa yang didapat setelah Penulis mengadakan eksperimen.
2)      Data sekunder yaitu data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen atau data yang telah diarsipkan.[31] Data sekunder dalam Penulisan ini adalah nilai ujian tengah semester II matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Panti.
b.         Sumber Data
Sumber data pada Penulisan ini adalah:
1)        Data primer : Seluruh siswa kelas sampel VIII SMPN 1 Panti. Data sekunder : Guru bidang studi matematika kelas VIII SMPN 1 Panti.
E.     Prosedur Penulisan
Penulisan ini dilaksanakan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
1.    Tahap Persiapan
Sebelum Penulisan dilaksanakan, Penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan Penulisan yaitu:
a.         Menetapkan tempat dan jadwal Penulisan.
b.         Mengumpulkan data nilai ujian Mid Matematika siswa semester 2 kelas VIII. Data diperoleh dari guru mata pelajaran Matematika kelas VIII.
c.         Menetapkan sampel Penulisan dengan teknik random sampling
d.        Mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, beserta Lembar Kerja Siswa untuk kelas eksperimen.
e.         Mempersiapkan kisi-kisi soal uji coba tes Matematika.
f.          Menyusun soal uji coba tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat .
g.         Melakukan validasi RPP, LKS, dan soal uji coba
h.         Lembar hasil validasi
i.           Uji coba soal
2.    Tahap Pelaksanaan
                 Dalam pelaksanaannya, Penulisan ini terdiri dari dua kelas sampel dengan masing-masingnya empat kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes. Pada kelas eksperimen 1 dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament.
Tabel 3.7  Langkah-langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2

Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
Pendahuluan
a.       Guru memulai pembelajaran dengan berdoa.
b.      Guru mengecek kehadiran siswa dan kesiapan siswa.
c.       Guru memberikan apersesi dan motivasi agar siswa lebih aktif dalam belajar.
d.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e.       Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran.
Pendahuluan
a.         Guru memulai pembelajaran dengan berdoa.
b.         Guru mengecek kehadiran siswa dan kesiapan siswa.
c.         Guru memberikan apersesi dan motivasi agar siswa lebih aktif dalam belajar.
d.        Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e.         Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan inti
Eksplorasi :
a.     Guru memberikan siswa beberapa soal yang memerlukan perenungan dan pemikiran yang ada pada LKS
b.     Guru memerintahkan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang ada secara perorangan.

Elaborasi :
a.    Siswa mengerjakan soal di LKS secara perorangan.
b.    Setelah semua siswa menyelesaikan jawabannya secara perorangan, siswa duduk
     berpasangan dan saling        berbagi jawaban dengan pasangannya.
c.    Setiap pasangan membuat jawaban baru bagi setiap pertanyaannya, memperbaiki jawaban perorangan.
d.   Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.














Konfirmasi :
a.          Guru bersama-sama siswa membahas soal yang dikerjakan di depan tulis.
b.      Guru memberikan penekanan tentang materi yang baru dipelajari.

Kegiatan inti
Eksplorasi :
a.         Guru meminta siswa membaca bahan pelajaran terkait materi yang sedang dipelajari.





Elaborasi :
a.         Guru membagikan kartu indeks kepada tiap siswa, kemudian guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan pada kartu indeks, baik mengenai soal maupun materi. Guru membimbing siswa dalam pembuatan soal atau pertanyaan.
b.         Guru mengumpulkan dan mengocok kartu indeks, kemudian mengembalikan kartu kepada setiap siswa.
c.         Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan pertanyaan yang mereka dapatkan.
d.        Guru meminta siswa menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan di depan kelas, siswa dapat diminta secara suka rela atau dipilih secara acak. Siswa yang melakukan presentasi disesuaikan dengan indikator dan waktu pembelajaran.
e.         Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi presentasi siswa yang tampil.

Konfirmasi :
a.         Guru memberikan konfirmasi atas penampilan dan tanggapan siswa.
b.         Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit dan memberikan penjelasan terhadap pertanyaan tersebut.
Penutup
a.       Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
b.      Guru memberikan tugas kepada siswa mengenai materi yang sudah dipelajari.
Penutup
a.          Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
b.          Guru memberikan tugas kepada siswa mengenai materi yang sudah dipelajari.





3.    Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a.         Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen 1 dan kelaseksperimen 2 setelah Penulisan berakhir, agar hasil Penulisan dapat diketahui. Tes akhir pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan pada tanggal 26 November 2015 .
b.         Mengolah data hasil tes akhir.
c.         Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan membandingkannya dengan hipotesis sementara yang telah dibuat sebelumnya.

F.     Instrumen Penulisan
  Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam Penulisan ini adalah tes hasil belajar matematika siswa. Tes yang akan diberikan tes tertulis berbentuk essay, untuk mengetahui hasil belajar siswa. Bentuk soal yang digunakan dalam tes berupa soal essay karena melalui tes bentuk essay ini Penulis bisa melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap informasi terhadap materi yang diajarkan melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament dan pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.


Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat soal tes adalah sebagai berikut :
a.      Menyusun tes
Dalam menyusun tes penulis melakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa.
b)      Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diujikan.
c)      Membuat kisi-kisi tes.
d)     Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
e)      Membuat kunci jawaban.
f)       Melakukan validasi soal uji coba kepada tim ahli.
Suatu tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validasi yang digunakan adalah validasi isi. Tes yang dirancang harus sesuai dengan indikator pembelajaran dan kisi-kisi soal. Soal-soal tes diberikan kepada beberapa orang ahli untuk menvalidasi soal-soal yang telah dibuat dengan kesimpulan dapat digunakan dalam pembelajaran.
b.      Melakukan Uji Coba
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes diuji cobakan pada kelas selain kelas sampel. Uji coba dilakukan pada kelas ini karena memiliki ciri yang sama dengan kelas sampel yaitu normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Uji coba ini dilakukan untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
c.       Analisis soal tes
Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampumengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang diteliti secara sadar.[32]
Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi product moment yaitu:
Keterangan:
= koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
= Jumlah testee
= jumlah perkalian antara skor item dan skor total
= jumlah skor item
= jumlah skor total

Setelah didapat  kemudian dibandingkan dengan harga kritik nilai  product moment distribusi untuk α =0,05 dan jumlah siswa N= 24 kaidah keputusannya adalah:
jika   >  berarti soal valid
jika     berarti soal  tidak valid.[33]
Setelah didapatkan keputusan soal itu valid, selanjutnya dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasi product moment yaitu sebagai berikut:
0,81  1,0        : sangat tinggi
0,61  0,80      : tinggi
0,41  0,60      : cukup
0,21  0,40      : rendah
0,00  0,20      : sangat rendah.[34]
Berdasarkan hasil analisis validasi diperoleh nilai r masing–masing item soal kemudian dicocokkon dengan kriteria interprestasi product moment dengan angka kasar.
b)     Reliabelitas Tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran ketepatan alat Penulisan dalam menunjukkan sesuatu yang hendak diukur. “Reliabilitas tes artinya keadaan suatu tes jika tes tersebut diteskan kembali maka dapat menghasilkan informasi yang konsisten, tetap dan andal”.[35] Untuk menentukan koefisien reabilitas digunakan rumus alpha yang dinyatakan dengan              
  =
keterangan:
            : reabilitas yang dicari
         : jumlah varians skor tiap- tiap item
         : varians total
Rumus varians [36]:
Nilai  yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga kritik pada tabel product moment. Jika  maka tes tersebut reliabel. Kriteria  reliabilitas tabel sebagai berikut:






Tabel 3.9 Kriteria Reliabilitas Tes        
Nilai  r
Kriteria
0.90   r< 1.00
Reliabilitas tinggi sekali
0.70  r<  0.90
Reliabilitas tinggi
0.40  r< 0.70
Reliabilitas sedang
0.20  r<  0.40
Reliabilitas rendah
0.00  r<  0.20
Reliabilitas sangat rendah sekali

c)      Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan yang    menunjukkan sulit mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut Zainal Arifin, untuk menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan langkah-langkah berikut:
1)        Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:
2)        Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:
3)        Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:

0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
4)        Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan koefisien tingkat kesukaran dengan criteria.[37]

d)       Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengukur kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya pembeda soal dapat  digunakanlangkah-langkah sebagai berikut:
1)   Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
2)   Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.
3)   Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27%.
4)   Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).
5)   Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:
Keterangan :
DP       = daya pembeda
            = rata- rata kelompok atas
            = rata-rata kelompok bawah
6)   Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut:
0,40 ke atas
=
Sangat baik
0,30 – 0,39
=
Baik
0,20 – 0,29
=
Cukup, soal perlu diperbaiki
0,19 ke bawah        
=
Soal kurang baik, soal harus   dibuang[38]

Menurut Suharsimi Arikunto dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar  (100 orang ke atas). Untuk kelompok kecil seluruh kelompok testee dibagi 2 sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.[39]
G.    Teknik Analisa Data
Pada Penulisan ini diperoleh data yang berasal dari instrumen Penulisan yaitu tes akhir yang berupa tes hasil belajar matematika siswa. Untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa antara dua kelas sampel digunakan uji-t. Sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap sampel.
1.         Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak.


Hipotesis yang diajukan
H0 : Data sampel berdistribusi normal
H1 : Data sampel tidak berdistribusi normal
Adapun langkah – langkah untuk melihat sampel berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji Lilifors sebagai berikut:
                               a.            Mengurutkan nilai tes hasil belajar matematika kelas SMPN 1 Panti dari yang terkecil sampai terbesar.
                              b.            Mencari skor baku dari skor mentah dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
 Simpangan Baku
Xi = Skor yang diperoleh siswa ke-i
µ  = Skor rata - rata
                               c.            Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi) = P (P < zi).
                              d.            Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama zi yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus:
                               e.            Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
                               f.            Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu diberi simbol L0.  L0 = maks .
                              g.            Bandingkan nilai Lo yang diperoleh dengan nilai Ltabel. Pada taraf 0,05, jika L0  L tabel , maka Ho ditolak. Dan jika L0  Ltabel , maka Ho diterima.[40]

Penulis juga melakukan uji normalitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil uji sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Inputkan data ke dalam Software Minitab
2)   Klik Stat
3)   Pilihlah Basic Statistics
4)   Klik Normality Test
5)   Isikan variabel yang akan diinputkan pada kotak Variable
6)   Isikan Title
7)   Klik OK
Untuk melihat data berdistribusi normal, dapat menggunakan interpretasi nilai P-value, yaitu data berdistribusi normal apabila nilai P-value lebih besar dari taraf nyata α = 0,05 dan tidak normal jika sebaliknya.
2.         Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kelas sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.         Membuat hipotesis, yaitu:
H0              :  =
H1           :
b.        Menghitung variansi masing-masing kelompok
c.         Menghitung variansi gabungan dari sampel menggunakan rumus:  
d.        Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
e.         Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
                        X2 = (ln 10)
f.         Membandingkan  dengan  dengan kriteria bila  untuk taraf α maka tolak H0 artinya sampel tidak homogen. [41]

Penulis juga melakukan uji homogenitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Inputkan data ke dalam Software Minitab
2)        Klik Data;
3)        Pindahkan kursor ke Stack;
4)        Klik Columns…;
5)        Isilah kotak pada stack the following columns dengan melakukan double klik pada masing-masing data;
6)        Isilah kotak pada Column in current worksheet dengan kolom kosong (misal: C3);
7)        Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan Kolom kosong yang lainnya (misal C4);
8)        Klik Stat
9)        Pilihlah ANOVA
10)    Klik Test for Equal Variances
11)    Isilah pada kotak Responses dengan C3
12)    Isilah pada kotak Faktor dengan C4
13)    Isikan Title;
14)    Klik OK
Data disebut homogen, apabila nilai P-value lebih besar dari taraf nyata α = 0,05 dan tidak homogen jika P-value lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05.
3.         Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 berbeda dengan kelas eksperimen 2.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : =         Hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament tidak beda dengan hasil belajar siswa  yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
H1:        Hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament berbeda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
µ1 adalah rata-rata kelas eksperimen 1 dan µ2 adalah rata-rata kelas eksperimen 2. Jika setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data berdistribusi normal dan variansi  homogen, maka dilakukan uji t[42]:
dengan
Dimana:
 = nilai rata-rata kelas eksperimen
 = nilai rata-rata kelas kontrol
s1 = standar deviasi kelas eksperimen
s2 = standar deviasi kelas kontrol
s = standar deviasi gabungan
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen.
n2 = jumlah siswa kelaskontrol

Kriteria pengujiannya: Terima H0 jika  < t <  dengan dk = n1 + n2 – 2 selain itu H0 ditolak.[43]
Penulis menggunakan Software Minitab untuk lebih mengakuratkan data Penulisan pengujian hipotesis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Input nilai kelas eksperimen pada C1 dan nilai kelas kontrol pada C2
2)      Klik Stat
3)      Pilih Basic Statistic
4)      Klik 2-Sampel t
5)      Klik samples in different columns
6)      Isilah First dengan peubah C1
7)      Isilah Second dengan peubah C2
8)      Klik Options
9)      Isilah Confidence level
10)  Isilah Alternative dengan memilih hipotesis alternative yang diinginkan (dalam kasus ini: not equal)
11)  Klik OK
Kriteria pengujian adalah terima H0 apabila nilai P-value lebih besar dari  dan tolak H0 jika sebaliknya. Berdasarkan uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima H1.


[1] Fuad Ihsan, Dasar – Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003) hal.2
[2] Depdiknas, Undang- Undang  Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta : Depdiknas, 2003) hal. 20
[3] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA 2001) hal. 17
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung : CV Penerbit Jamanatul Ali-Art, 2004), h.250
[5]Agus Suprijo , Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi, PAIKEM (Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2009), h. 10
[6] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer..., h.25
[7] Masnur Musclih, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Malang: Bumi Aksara, 2007), h.48
[8] Oemar Hamalik,  Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,  2008),    h. 52
[9]Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer..., h. 56

[10] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif)..., h.183
[11] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan..., h.126
[12] Erman Suherman , Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer …, h.5
[13] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif)…, h.32
[14] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif)…, h. 61
[15] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,h.110
[16] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif),h.183
[17] Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,( Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
[18] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif,h.183-184
[19] Nur’ani, Penerapan Strategi Pembelajaran Every One Is A Teacher Here (ETH) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas X MAN Koto Baru Padang Panjang, (Skripsi,tidak diterbitkan: Stain Bukittinggi,2012),hal.20

[20] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-16, h. 88
[21] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan..., h.99
[22] Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.104
[23] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara,2006),  h.108

[24] Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitan Pendidikan..., h.104

[25] Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002) , h. 466
[26] Sudjana, Metode Statistika …, h. 261 – 263
[27] Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h.383
[28] Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika …, h. 384
[29] Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika …, h. 384
[30] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan …,h.84
[31] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan …,h.85
[32] Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.79
[33]  M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 115
[34] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 257
[35]Asnelly Ilyas, Evaluasi Pendidikan, ( Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2006) h.67
[36] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan, …, h. 210
[37]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),  h. 135
[38]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur..., h.133
[39]Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan..., h.227
[40]Sudjana, Metode Statistika ... ,h. 466
[41]Sudjana, Metode Statistika ... , h. 261-263                                                                                
                [42]Sudjana, ..., h. 239
[43] Sudjana, Metode Statistika …, h.239
  




DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya.  Bandung: Diponegoro
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nur’ani. 2011. Penerapan Strategi Pembelajaran Every One Is A Teacher Here (ETH) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas X MAN Koto Baru Padang Panjang.  Skripsi, tidak diterbitkan: Stain Bukittinggi.

Proposal Penelitian. Ria Sriwahyuni (Nim 83895). Jurusan  Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang. 2011
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Skripsi. Ranti Sinta Tia (Nim : 2410.028). Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (Ftik) Institut Agama Islam Negeri (Iain) Bukittinggi. 2015 M/1436H.
Skripsi. Ronal Rifandi (2007/ 83943). Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam  Universitas Negeri Padang. 2011

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito
Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.  Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryabrata, Sumadi. (2004). Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo.
-----------------. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Walpole, Ronal. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Persada.