PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM GEAM TOURNAMENT
DAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERY
ONEISATEACHER HEREPADA SISWA
KELASVIIISMPN 1 PANTI
TAHUNPELAJARAN
2015/2016
PROPOSAL
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Tugas Akhir Mata Kuliah Metode
Penelitian Pendidikan Matematika
Oleh:
DESI HELVINA
NIM : 2413.034
Alamat blog:
Desihelvina.blogspot.com
Nama blog:
Tentang Kita
JURUSAN PENDIDIKANMATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
(FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BUKITTINGGI
2015 M/1436H
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Identifikasi
Masalah............................................................................ 9
C. Batasan
Masalah.................................................................................. 9
D. Rumusan
Masalah................................................................................ 10
E. Tujuan
Penelitian................................................................................. 10
F. Defenisi Istilah.................................................................................... 10
G. Manfaat Penelitian............................................................................... 12
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Matematika.................................................................. 13
B. Pembelajaran Kooperatif.................................................................... 15
C.
Team
Geam Tournament (TGT)......................................................... 18
D. Pembentukan Kelompok.................................................................... 22
E.
Strategi
Pembelajaran Aktif................................................................ 23
F. Strategi Pembelajaran Aktif Everyone Is A Teacher Here................. 26
G. Hasil Belajar....................................................................................... 31
H. Kerangka Konseptual......................................................................... 32
I. Hipotesis............................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian.................................................................................... 34
B. Rancangan
Penelitian.......................................................................... 34
C. Populasi
dan Sampel............................................................................ 35
D. Variabel
dan Data Penelitian............................................................... 42
E. Prosedur
Penelitian.............................................................................. 44
F. Instrumen
Penelitian............................................................................ 47
G. Teknik
Analisis Data........................................................................... 54
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan bagi
kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat.[1]
Setiap
anak yang lahir ke dunia membawa potensi yang harus dikembangkan melalui suatu
cara atau jalan yang dinamakan pendidikan. Sebagaimana dalam Undang- Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Berdasarkan
kutipan di atas, pendidikan diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan
keterampilan manusia sehingga bisa mengembangkan potensi diri, memberdayakan
potensi alam dan lingkungan untuk kepentingan hidupnya. Allah SWT membekali
manusia dengan berbagai kemampuan yang kodratnya sesuai dengan keinginan untuk
mengetahui apa saja, salah satunya adalah ilmu hitung atau disebut juga dengan
ilmu matematika.
Matematika merupakan pelajaran yang
dipelajari dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, hal ini menunjukkan
betapa pentingnya matematika dalam kehidupan. Perlu diketahui bahwa matematika adalah ratunya
ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya.[3]
Pendidikan
itu penting untuk siapa saja, untuk bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik.
Seseorang harus melakukan suatu usaha untuk bisa mendapatkan ilmu pegetahuan,
firman Allah dalam Q.S Ar Ra’d ayat 11 :
, . . . 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Artinya :“. . . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan (nasib) yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”[4]
Surat Ar-Ra’d
ayat 11 di atas menjelaskan bahwasanya Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum sebelum mereka yang berusaha untuk merubahnya. Demikian juga dalam
pendidikan, banyak hal yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai..
Dalam
proses pendidikan, pembelajaran harus
berjalan aktif untuk seluruh siswa karena hal tersebut menentukan berhasil atau
tidaknya sebuah pembelajaran. Menurut Agus Suprijo, pembelajaran aktif pada
hakikatnya adalah untuk mengarahkan potensi siswa terhadap materi yang di
pelajari, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa
aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar merupakan
proses aktif si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru
tentang pengetahuan[5]. Dengan
pembelajaran aktif diharapkan siswa dapat belajar secara efektif terutama pada
pembelajaran matematika.
Pada hakikatnya, pembelajaran matematika
berkenaan dengan konsep-konsep matematika yang tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep yang paling kompleks.[6]
Proses pembelajaran matematika akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berfokus pada kegiatan aktif siswa
dalam membangun makna dan pemahaman. Tanggungjawab belajar tetap berada pada
diri siswa dan guru hanya bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa untuk belajar secara
berkelanjutan dan menyeluruh.[7]
Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan
siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik
dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan.[8]
Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Mengingat peranan matematika yang sangat
penting dan luas tersebut, matematika mendapat perhatian khusus untuk
peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, seharusnya matematika menjadi
pelajaran yang diminati dan disenangi oleh siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran
matematika di sekolah seharusnya berjalan dengan baik dan menyenangkan agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tujuan pembelajaran Matematika yang
diinginkan yaitunya:
1. Mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir dalam kehidupan
dan dunia selalu berkembang, dan
2. Mempersiapkan
siswa meggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari
dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[9]
Implementasi yang baik dari
metode dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat
dan antusias siswa, serta dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dengan baik dan semangat. Oleh sebab itu dengan suasana belajar yang
menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang
optimal.
Akan tetapi berbeda halnya
di SMPN 1
Panti.
Berdasarkan observasi yang Penulis lakukan di kelas VIII SMPN 1 Panti pada tanggal 12-15 Oktober 2015 ditemukan bahwa selama proses pembelajaran matematika
berlangsung, siswa kurang minat dalam belajar terutama membaca buku pelajaran,
motivasi belajar, siswa lebih cenderung bersikap pasif, kurang semangat,
cenderung tidak aktif dan lebih sering bermain dari pada belajar,
seperti tidak mengerjakan latihan dengan serius, mengobrol dengan teman di sampingnya
dan memainkan handphone. Sebagian
siswa lainnya masih mengalami kesulitan memahami pelajaran dan mengerjakan
latihan.
Selain itu, juga belum terlihat adanya
interaksi antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai dalam kelas
tersebut. Siswa yang kurang pandai hanya
cenderung menyalin pekerjaan seperti latihan dan catatan yang telah dibuat oleh
siswa pandai, tanpa adanya berbagi pengetahuan diantara mereka.
Jika ditinjau dari hasil belajar
matematika siswa, pada ulangan harian semester 1
Terlihat bahwa masih banyaknya nilai siswa yang berada dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMPN 1 Panti yaitu 75, Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1:Persentase Jumlah Siswa
yang Tuntas dan Tidak Tuntas pada Ulangan Harian Mata Pelajaran Matematika
siswa kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016
KELAS
|
KKM
|
|||
< 75
|
≥ 75
|
|||
Jlh
|
%
|
Jlh
|
%
|
|
VIIIA
|
21
|
87,5
|
3
|
12,5
|
VIIIB
|
16
|
64
|
9
|
36
|
VIIIC
|
13
|
54,2
|
11
|
45,8
|
(Sumber : Daftar
nilai guru matematika kelas VIII SMPN1 Panti).
Berdasarkan
Tabel 1, terlihat bahwa persentase siswa yang
mencapai ketuntasan pada ketiga kelas masih rendah. Masalah ini perlu menjadi
bahan kajian dan diperbaiki
oleh
guru maupun calon guru, karena guru mempunyai peranan penting dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran.
Banyaknya siswa yang belum tuntas
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor dari guru dan dari siswa
itu sendiri. Peran guru terlihat masih dominan dalam pembelajaran matematika.
Guru menjelaskan konsep dan menyajikan rumus-rumus kepada siswa, kemudian siswa
diminta untuk mengerjakan latihan. Belum tampak adanya proses menemukan sendiri
dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, faktor keaktifan dan minat siswa untuk
belajar matematika juga memberikan pengaruh terhadap permasalahan di atas.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Penulis
ingin membandingkan dua strategi
pembelajaran yang dirasa cocok untuk diterapkan pada kondisi ini yaitu
strategi pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) dan strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
Ada beberapa argumen yang
mendorong Penulis memilih pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournamen. Pertama, Team Games Tournament dapat
memfasilitasi siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Terbuka lebar
juga kesempatan untuk meminta penjelasan kepada teman mengenai konsep yang
kurang dimengerti. Setiap anggota kelompok harus berhasil mendapatkan konsep
yang benar sebelum mereka mengikuti turnamen. Siswa yang lebih pintar
diharapkan akan membantu teman yang lemah, karena ia tidak mau temannya
tersebut akan menurunkan skor kelompok mereka jika kalah dalam turnamen
nantinya. Cara ini diharapkan dapat mengatasi masalah berupa perbedaan
kebutuhan diantara siswa.
Kedua, Team Games Tournament diharapkan dapat
menghindari siswa dari kebosanan, karena dalam pembelajaran terdapat tahap
turnamen yang diikuti oleh setiap siswa. Setiap siswa akan merasa tertantang
untuk mengangkat skor kelompoknya. Dan diakhir pembelajaran nantinya, kelompok
terbaik dari setiap pertemuan akan
diberi penghargaan yang akan dipajang di depan kelas. Penghargaan adalah salah
satu bentuk penguatan positif yang dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam
pembelajaran.
Strategi pembelajaran Every One is A Teacher Here merupakan
strategi mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan
pertanggungjawaban individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa lain”. [10]
Dalam pembelajaran Every One is A Teacher
Here diharapkan siswa mampu memberikan pertanyaan dan membagi pengetahuan
matematika yang dimilikinya kepada orang lain. Semua siswa akan terlibat dalam
proses pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dan aktif dalam belajar.
Setiap siswa saling berbagi dan saling membantu dalam belajar. Siswa yang
berkemampuan tinggi akan membantu siswa yang berkemampuan rendah.
Jadi dalam strategi pembelajaran aktif tipe Team Games Tournament
dan tipe Every
One is A Teacher Here siswa dituntut lebih mandiri, kreatif, mampu bekerja
sama dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru,
sehingga siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan proses
pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru (teacher oriented). Dengan
suasana seperti itu, penulis berharap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
dalam proses pembelajaran akan dapat teratasi dan pemahaman konsep siswa dalam
belajar matematika akan meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
Berdasarkan uraian di atas Penulis
tertarik untuk melakukan Penulisan dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar
Matematika Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) Dan Pembelajaran Aktif Tipe Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun
Pelajaran 2015/2016”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a.
Hasil belajar matematika
siswa rendah.
b.
Pembelajaran
yang dilakukan masih terpusat pada guru.
c.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
masih kurang.
d.
Kurangnya tanggung
jawab dan kemandirian siswa.
e.
Kurangnya respon siswa
terhadap mata pelajaran matematika.
C.
Batasan
Masalah
Karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki, maka masalah-masalah yang dibahas dalam Penulisan ini hanya
difokuskan pada Hasil Belajar
Matematika Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Dan Pembelajaran Aktif Tipe Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas,
permasalahan yang akan dikaji dalam Penulisan ini adalah apakah hasil belajar siswa yang mengikuti Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) berbeda
dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here pada mata
pelajaran matematika di kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016.
E.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan permasalahan Penulisan yang
akan diteliti, maka Penulisan ini bertujuan untuk : mengetahui hasil belajar
siswa yang mengikuti Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Games Tournament (TGT) berbeda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti
strategi pembelajaran aktif tipe Every
One is A Teacher Here pada mata pelajaran matematika di kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016.
F.
Definisi
Istilah
Agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, Penulis akan
menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Perbedaan adalah selisih; tak sama. Maksud perbedaan di Penulisan
ini adalah perbedaan antara hasil belajar yang dilakukan dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
2. Strategi
pembelajaran aktif merupakan kiat
atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran secara optimal.
3. Strategi
pembelajaran aktif tipe Every One is A
Teacher Here adalah suatu
strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk
bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lain, strategi ini bertujuan
untuk memperoleh partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab secara
individu.
4. Hasil belajar
adalah sesuatu yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan
merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajari.
Hasil belajar yang dimaksud dalam Penulisan
ini adalah hasil belajar matematika siswa pada ranah kognitif yang diperoleh
setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar pada pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here.
G.
Manfaat
Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari Penulisan
ini adalah :
1. Tambahan ilmu bagi Penulis dalam usaha meningkatkan
pengetahuan dan bekal sebagai calon guru.
2. Sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika.
3. Pengalaman baru bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Panti belajar dengan stategi pembelajaran TGT dan
Every One is A Teacher Here pada pembelajaran matematika.
4. Bagi
pihak lain yang akan melakukan Penulisan serupa ataupun sebagai bahan
perbandingan untuk melakukan sebuah Penulisan.
BAB II
KERANGKA
TEORITIS
A.
Pembelajaran Matematika
Pada hakekatnya
pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan perilaku
kearah yang lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas
guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (Mulyasa, 2009). Pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Menurut Slameto (1995:2) “belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dengan interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Skinner dalam Dimyati
(1999:9) berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun”. Jadi belajar merupakan proses yang ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang baik yang bersifat
pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Berdasarkan teori belajar ada
lima pengertian pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran
adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah
2. Pembelajaran
adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah
3. Pembelajaran
adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
siswa
4. Pembelajaran
adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik
5. Pembelajaran
adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. .
Matematika adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara berpikir (way
of thinking) dalam memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan
mensintesis data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari. Selain itu,
matematika dianggap sebagai bahasa (a
language) dipergunakan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan
riil, dan matematika itu sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, tujuan mata pembelajaran
matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan:
1. Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3. Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
5. Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
B.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Siswa belajar dalam kelompoknya dalam
memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran kooperatif memiliki
unsur-unsur yang membedakan pembelajaran ini dengan diskusi kelompok biasa.
Unsur-unsur tersebut dikemukakan oleh Rusman (2010:208), yaitu
a.
Siswa dalam
kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup sepenanggungan bersama”
b.
Siswa
bertanggungajawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri
c.
Siswa haruslah
melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama
d.
Siswa haruslah
membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya
e.
Siswa akan
dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok
f.
Siswa berbagi
kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama
proses belajarnya
g.
Siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif
Dengan memahami
unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif diharapkan siswa bisa bekerjasama
dalam kelompok, saling berbagi dan bertanggungjawab terhadap kelompok sehingga
mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian siswa akan
termotivasi dalam belajar dan diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat.
Adapun ciri-ciri
yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif menurut Rusman (2010:208-209):
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting
seperti yang dinyatakan oleh Rusman
(2010:208-209) yaitu “meningkatkan hasil akademik,
toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa”.
Menurut Rusman
(2010: 211), pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
a. Tahap 1
Guru menyampaikan semua tujuan yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
b.
Tahap 2
Guru menyajikan
informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan
bacaan.
c. Tahap 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
d. Tahap 4
Guru membimbing
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
e. Tahap 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Tahap 6
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model kooperatif dengan benar akan memungkinkan
pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara
bersama-sama di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi,
produktivitas, dan hasil belajar. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara
individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.
Sehingga belajar kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan
pembelajaran.
C. Team
Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament secara bahasa berarti turnamen permainan tim, yang
artinya siswa belajar bersama dalam tim, kemudian hasil diskusi bersama ini
akan menjadi modal dalam mengikuti turnamen antar tim. Dalam turnamen, siswa akan
bersaing dengan anggota tim lain yang kemampuannya setara, sehingga permainan
dapat dikatakan adil.
Proses belajar
bersama adakalanya menimbulkan kebosanan jika tidak ada sesuatu yang dapat
menantang siswa di akhir pembelajaran. Dalam TGT turnamen akan menjadi motivasi bagi setiap anggota kelompok
agar bertanggung jawab untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya untuk kelompok
mereka.
Dalam metode ini, para siswa dibagi
dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda
tingkat kemampuan. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan
anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang
diperoleh dari penggunaan permainan.
Gambaran umum mengenai
langkah-langkah pembelajaran TGT
modifikasi dari Robert E. Slavin adalah sebagai berikut:
1. Presentasi
Kelas
Pada
awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang
dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2. Belajar
Kelompok
Guru
membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang
terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan akademik.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang
berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat
menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat turnamen.
3. Persiapan
turnamen
Beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu menyediakan
meja turnamen, kartu bernomor, lembar soal, lembar jawaban, lembar pencatat
skor. Penempatan siswa pada meja turnamen dilakukan berdasarkan kemampuan
akademik yang homogen dari kelompok yang heterogen dimana satu meja turnamen
ditempati oleh 4 atau 5 orang siswa.
4. Permainan/
Pertandingan (Turnamen)
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen dan semua
perlengkapan telah siap maka dilakukan turnamen. Setiap meja turnamen bermain
pada saat yang sama dengan aturan permainan sebagai berikut:
Setiap
siswa dalam meja turnamen diminta untuk mengambil salah satu kartu bernomor
yang ada pada meja turnamen. Urutan pemain sesuai dengan urutan nomor kartu
yang terambil oleh setiap pemain. Setelah itu, semua kartu yang telah terambil
tadi diletakkan di atas meja turnamen dan siap untuk memulai permainan.
Pemain
pertama mengambil satu kartu kemudian menjawab soal sesuai dengan nomor yang
diperolehnya. Waktu yang diberikan untuk menjawab satu soal adalah maksimal 5
menit. Setelah waktu yang disediakan berakhir, jawaban tersebut dicocokkan
dengan jawaban yang ada pada guru.
Giliran
pertama yang harus menjawab adalah pemain pertama. Jika jawabannya benar, maka
kartu itu berhak ia simpan. Pemain kedua, ketiga, atau keempat berhak menantang
jawaban pemain pertama jika jawaban pemain pertama salah.
Semua
pemain dapat menyatakan lewat jika benar-benar tidak mengetahui jawabannya dan
kartu soal tersebut harus dikembalikan ke meja turnamen semula. Berikutnya
adalah pemain kedua, ketiga, keempat, lalu kembali lagi ke pemain pertama,
demikian seterusnya berganti giliran dengan ketentuan yang sama seperti pada
putaran pertama. Turnamen akan dihentikan apabila kartu soal diatas meja sudah
habis atau sampai jam pelajaran berakhir.
5. Penghitungan
skor
Dalam
turnamen yang diselenggarakan oleh Penulis, setiap soal yang dijawab benar akan
diberi skor 10, dan jika tidak dapat menjawab atau dijawab salah, tidak diberi
skor dan tidak pula dikurangi perolehan skornya.
6. Penghargaan
Kelompok
Penghargaan
diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut
pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu
diberikan pula penghargaan sebagai motivasi belajar.
Penerapan TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam menyampaikan materi
pelajaran, membantu mengaktifkan kemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan
siswa lain. Siswa terbiasa bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin
untuk belajar, sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi siswa. Adanya permainan
dalam bentuk turnamen akademik yang dilaksanakan pada akhir pokok bahasan,
memberikan peluang bagi setiap siswa untuk melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya, hal ini juga menuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada proses
pembelajaran.
D. Pembentukan
Kelompok
Pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk membuat siswa saling berbagi ilmu dan pemahaman,
sehingga terbentuk kelompok-kelompok yang seimbang dalam pembelajaran, kelompok
yang dibentuk haruslah heterogen dari segi kemampuan siswa. Langkah-langkah
yang akan dilakukan untuk mengelompokkan siswa secara heterogen adalah sebagai
berikut: (Slavin, 2008:150)
a.
Urutkan hasil belajar siswa mulai dari yang tertinggi hingga yang
terendah. Hasil belajar yang digunakan bisa saja dari Nilai Ulangan Harian
Matematika siswa pada materi sebelumnya.
b.
Tentukan jumlah kelompok yang akan dibuat dengan
mempertimbangkan jumlah siswa dalam kelas tersebut. Misalnya: dari 36 siswa dapat
dibuat 9 kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa.
c.
Namai kelompok sebagai A-H atau penamaan lainnya.
Kemudian kelompokkan mulai dari peringkat teratas dengan menamakannya sebagai
anggota kelompok A, B, C, dan seterusnya.
d.
Ulangi proses di point c, tetapi dimulai dari
peringkat paling bawah.
e.
Tinggal 2 kelompok lagi yang belum dinamai, yaitu
bagian tengah atas dan tengah bawah. Berikutnya namai kelompok siswa mulai dari
bagian terbawah dari kelompok tengah atas terus ke atas, dan begitu juga mulai
dari bagian teratas kelompok tengah bawah terus ke bawah.
f.
Jika ada siswa yang tidak mendapat kelompok karena
jumlah siswa dalam kelas itu tidak dapat dibagi secara adil, maka “bagikan”
siswa itu ke beberapa kelompok yang telah ada.
E.
Strategi
Pembelajaran Aktif
Strategi merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang optimal. Jadi strategi berarti cara
dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran
berarti upaya membelajarkan siswa. Strategi pembelajaran berarti cara dan seni
untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Wina Sanjaya ”strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.[11]
Strategi
pembelajaran adalah yang sengaja direncanakan berkenaan dengan segala persiapan
pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya
yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal.[12]
Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam
menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan kedalam
bahasa kegiatan. Wina juga menyebutkan
bahwa strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi
pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan.
Penggunaan
strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah
proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang optimal. Bagi guru strategi
pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, strategi pembelajaran dapat
mempermudah proses belajar seperti mempermudah dan mempercepat memahami materi
pelajaran, karena setiap strategi di rancang untuk mempermudah proses belajar
mengajar.
Dalam pembelajaran strategi memiliki banyak fungsi salah
satunya yaitu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Menurut Melvin L.
Silberman belajar aktif merupakan belajar yang dapat menyenangkan dan
memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran.[13]
Belajar aktif (active learning) merupakan belajar
dengan memaksimalkan untuk dibahas dalam proses pembelajaran di kelas sehingga
siswa dapat berbagi pengalaman satu sama lainnya.
Menurut
Melvin dalam belajar aktif ini siswa secara aktif menggunakan otak, mengkaji
gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarkan, melihat, bertanya
dan membahas suatu persoalan dengan orang lain.
Dalam
belajar aktif siswa tidak sekedar menerima mereka mengupayakan pemecahan atas
permasalahan yang diberikan guru kepada mereka. Dalam belajar aktif ini siswa
diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental
tetapi juga melibatkan fisik. Dalam proses belajar siswa harus lebih kreatif
dalam mengembangkan informasi yang telah didapatnya agar proses pembelajaran
lebih bermakna. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasa lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar siswa tercapai secara maksimal.
Dari
kegiatan belajar aktif ada tiga tujuan penting yang harus dicapai, yaitu:
a.
Pembentukan tim :
membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan menciptakan semangat
kerjasama dan interdependensi.
b.
Penilaian sederhana :
pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
c.
Keterlibatan belajar
langsung : ciptakan minat awal terhadap pelajaran.[14]
Dari ketiga tujuan di atas, bila dicapai
akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan siswa,
meningkatkan kemauan mereka untuk ambil bagian dalam kegiatan belajar aktif.
Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
aktif merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa
untuk menguasai materi pelajaran secara optimal.
F.
Strategi
Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is a
Teacher Here
Every
One is A Teacher Here (setiap orang adalah
guru) adalah suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada
setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta
didik lain. Strategi pembelajaran Every
One is A Teacher Here merupakan cara tepat untuk memperoleh partisipasi
kelas secara keseluruhan maupun individual, strategi ini memberi kesempatan
kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.[15]
Dalam pembelajaran Every One is A Teacher Here kegiatan pembelajaran tidak didominasi
oleh guru, siswa tidak hanya menerima penjelasan dan melaksanakan perintah yang
diberikan oleh guru, melainkan mereka berusaha membangun pengetahuannya sendiri
dengan melakukan kegiatan dalam upaya pencapaian pengetahuan yang mereka inginkan.
Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat melatih siswa untuk bertindak dan
berpikir kreatif, siswa akan lebih mandiri dan tidak selalu bergantung kepada
guru.
Pembelajaran Every One is A Teacher Here, merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan partisipasi siswa secara aktif. Silberman menyatakan: “strategi
pembelajaran Every One is A Teacher Here
merupakan strategi mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan
pertanggungjawaban individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa lain.”[16]
Menurut kutipan tersebut, pembelajaran Every
One is A Teacher Here adalah strategi pembelajaran dengan siswa yang
berperan sebagai seorang guru. Strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi temannya sendiri.
Materi yang disampaikan oleh teman
sendiri lebih mudah untuk dipahami karena latar belakang pengalaman dan
pengetahuan. Selain membuat temannya mengerti dengan yang dijelaskannya, siswa
yang menjelaskan juga akan bertambah paham terhadap materi yang sedang
dipelajari.
Nasution mengungkapkan bahwa: “Sering murid telah
mampu mengajar teman sekelasnya daripada guru karena telah menyelami
kesukaran-kesukaran yang dihadapi murid lainnya. Beberapa Penulisan juga menunjukkan
bahwa pengajaran oleh rekan sebaya ternyata lebih efektif dari pada pengajaran
oleh guru”. [17]
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa siswa dapat menguasai materi dengan baik ketika mereka mampu
mengajarkannya kepada siswa lainnya. Pada keadaan tertentu siswa juga akan
lebih mudah memahami pelajaran ketika diajarkan oleh temannya dibanding ketika
diajarkan oleh guru. Hal ini sejalan dengan strategi pembelajaran Every One is A Teacher Here yang
membimbing siswa untuk menjadi guru bagi temannya sendiri.
Penerapan pembelajaran Every One is A Teacher Here dimulai dari
guru untuk mempersiapkan bahan pengajaran berupa bacaan sesuai dengan pokok
bahasan atau materi yang akan diajarkan.
Kemudian siswa ditugaskan untuk membaca bahan yang telah diberikan oleh guru.
Langkah-langkah
pembelajaran Every One is A
Teacher Here menurut Silberman adalah
sebagai berikut:
1)
Bagikan kartu
indeks kepada tiap siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan yang
mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya,
tugas membaca) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas.
2)
Kumpulkan kartu,
kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk
membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan
pikirkan jawabannya.
3)
Tunjuklah
beberapa siswa untuk membacakan kartu yang mereka dapatkan dan memberikan
jawabannya.
4)
Setelah
memberikan jawaban, perintahkan siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang
dikemukakan oleh siswa yang membaca kartunya itu.
5)
Lanjutkan
prosedur ini bila waktunya memungkinkan.[18]
Berdasakan uraian tersebut, melalui
pembelajaran Every One is A Teacher Here
diharapkan siswa akan lebih bergairah dan senang dalam menerima pelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui pembelajaran Every One is A Teacher Here, hasil yang
diharapkan adalah:
a)
Setiap diri masing-masing siswa berani
mengemukakan pendapat (menyatakan dengan benar) melalui jawaban atas pertanyaan
yang telah dibuatnya berdasarkan sumber yang diberikan.
b)
Siswa mampu mengemukakan pendapat
melalui tulisan dan menyatakannya di depan kelas.
c)
Siswa lain yang berani mengemukakan
pendapat dan menyatakan kesalahan jawaban dari temannya yang disanggah,
terlatih dalam menyimpulkan masalah dan hasil kajian pada masalah yang dikaji.[19]
Pembelajaran Every One is A Teacher Here sesuai dengan konsep belajar
matematika. Dengan strategi pembelajaran ini siswa dapat aktif dalam kegiatan
pembelajaran, melakukan presentasi, tanya jawab, dan saling berbagi pengetahuan
dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Dari penjelasan di atas, melalui
pembelajaran Every One is A Teacher Here
dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
a.
Kelebihan:
a) Siswa
mempunyai kesempatan untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri
b) Siswa
aktif menemukan konsep, melakukan presentasi tanya jawab, dan saling berbagi
pengetahuan sesama mereka
c) Memperoleh
partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab secara individu
d) Dapat
menciptakan interaksi yang baik dalam pembelajaran
e) Dapat
melihat perbedaan kemampuan setiap individu siswa
b.
Kelemahan:
Pembelajaran akan
terhambat jika tidak ada sumber bahan pelajaran.
G. Hasil
Belajar
Menurut Sudjana
(2002:11) “Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar adalah output yang dicapai
berkat adanya pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks
yang melibatkan beberapa komponen. Sedangkan hasil belajar matematika adalah
output yang dicapai berkat adanya pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi pembelajaran.
Hasil belajar siswa melalui proses
pembelajaran dapat diketahui dengan menggunakan tes. Hasil tes ini kemudian
diolah dan dianalisis oleh guru. Menurut Arikunto tujuan penilaian hasil
belajar adalah “Untuk mengetahui apakah materi yang telah diberikan dapat
dipahami dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum”.
Hasil belajar
matematika adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh
pengalaman belajarnya. Dengan kata lain hasil belajar matematika adalah prestasi
yang telah dicapai dan dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Hasil belajar yang
akan
diteliti dalam Penulisan ini adalah hasil belajar aspek kognitif yaitu tes, dan aktivitas yang
diamati dengan menggunakan lembaran observasi.
H. Kerangka
Konseptual
Berdasarkan latar
belakang dan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya maka Penulis dapat
memberikan gambaran dalam pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Team Geam Tournament
(TGT) dan pembelajaran aktif tipe Every
One is A Teacher Here pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
Strategi pembelajaran tipe Team Geam Tournament (TGT) dan tipe Every One is A Teacher Here diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Perbedaan hasil belajar
siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Hasil belajar pada kelas
eksperimen 1 akan dianalisis perbedaannya dengan kelas eksperimen 2. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat kerangka konseptual di bawah ini:
|
||||
|
Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual penelitan
I. Hipotesis
Berdasarkan
rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis dalam Penulisan ini adalah “hasil
belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Geam Tournament berbeda dengan
hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here di kelas VII
SMPN 1 Panti tahun pelajaran 2015/2016”.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Sesuai dengan
permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis Penulisan ini adalah
Penulisan eksperimen. Penulisan
eksperimen merupakan Penulisan yang mengungkap hubungan antara dua variabel
atau lebih mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain.[20] Penulisan
eksperimen yang digunakan adalah Penulisan pra-eksperimen. Penulisan pra-eksperimen adalah Penulisan yang
mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil.[21] Pada
Penulisan pra-eksperimen ini tujuannya adalah untuk melakukan perbandingan
suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda, maka
dikenalnya dua kelompok perbandingan yaitu kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2.
B.
Rancangan Penulisan
Rancangan Penulisan yang digunakan
adalah Randomized Posttest-Only
Comparison Groupdesign. Penulisan ini membagi kelompok Penulisan menjadi
dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok eksperimen 1 adalah kelompok yang
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Team Geam Tournament dan kelompok eksperimen 2 adalah kelompok yang
menggunakan strategi pembelajaran aktif Tipe Every One is A Teacher Here .
Tabel 3.1
|
Rancangan Penulisan Randomized
Posttest-Only Comparison Groupdesign[22]
|
Kelompok
|
Perlakuan
|
Posttest
|
Eksperimen 1
|
X1
|
O
|
Eksperimen 2
|
X2
|
O
|
Keterangan:
X1 =
|
Perlakuan
yang diberikan pada kelas eksperimen 1, yaitu kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran tipe Team
Geam Tournament
|
X2 =
|
Perlakuan yang diberikan pada
kelas eksperimen 2, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Tipe Every One is A Teacher Here
|
O =
|
Tes yang diberikan pada kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 di akhir Penulisan.
|
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subjek Penulisan.[23]
Populasi dalam Penulisan ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Panti pada tahun pelajaran 2015/2016 seperti yang terlihat pada tabel.
Tabel 3.2 Jumlah
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Panti Tahun Pelajaran 2015/2016
No
|
Kelas
|
Jumlah Peserta Didik
|
1
|
VIIIA
|
24
|
2
|
VIIIB
|
25
|
3
|
VIIIC
|
24
|
Jumlah
|
73
|
Sumber:
Guru Matematika Kelas VIII SMPN 1 Panti
2.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi terlihat dalam
sampel yang diambil. Salah satu cara pengambilan sampel yang representatif
adalah secara acak atau random.[24]
Agar sampel yang diambil dapat mewakili sifat serta karakteristik populasi,
maka Penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan data nilai
ujian tengah semester II matematika siswa kelas SMPN 1 Panti, kemudian
menghitung rata-rata dan simpangan bakunya.
b.
Melakukan uji
normalitas populasi terhadap nilai ujian tengah semester II siswa, tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau
tidak;
Hipotesis
yang diajukan adalah:
H0 =
Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak nomal
Untuk mengetahui sampel
berdistibusi normal, maka digunakan uji
Liliefort dengan langkah sebagai berikut:
1)
Data diperoleh dan
diurutkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2)
Mencari skor baku dari skor mentah
dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan : = Simpangan baku
= Skor rata-rata
= Skor dari tiap soal.
3)
Dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang ;
4)
Menghitung jumlah proporsi skor baku
yang lebih baku atau sama dengan , yang
dinyatakan dengan dengan menggunakan rumus berikut:
5)
Menghitung selisih , kemudian
ditentukan nilai mutlaknya;
6)
Mengambil harga mutlak yang terbesar
dari harga mutlak, selisihnya diberi
simbol ;
7)
Kemudian, dibandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai pada tabel. Pada taraf jika , maka ditolak. Dan jika , maka diterima. Berarti data tersebut berdistribusi
normal.[25]
Penulis juga melakukan uji
normalitas menggunakan alat bantu berupa Software
Minitab untuk membandingkan hasil
sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Inputkan data ke dalam Software
Minitab
2)
Klik Stat
3)
Pilihlah Basic
Statistics
4)
Klik Normality
Test
5)
Isikan variabel yang
akan diinputkan pada kotak Variable
6)
Isikan Title
7)
Klik OK
c. Melakukan
uji homogenitas variansi.
Uji
homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah populasi mempunyai
variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat
hipotesis, yaitu:
H0 : = =
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
2) Menghitung
variansi masing-masing kelompok
3) Menghitung
variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:
4) Menghitung
harga satuan Barlett dengan rumus:
5) Menghitung
harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
X2 = (ln 10)
6) Membandingkan
dengan dengan kriteria bila untuk taraf nyata (α = 0,05) maka tolak H0
artinya populasi tidak homogen[26]. Dan
jika < untuk taraf nyata (α=0,05) maka terima H0
artinya populasi homogen.
Penulis
juga melakukan uji homogenitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Inputkan data ke dalam Software Minitab
2)
Klik Data;
3)
Pindahkan kursor ke Stack;
4)
Klik Columns…;
5)
Isilah kotak pada stack the following
columns dengan dengan melakukan double klik pada masing-masing
data;
6)
Isilah kotak pada Column in current
worksheet dengan kolom kosong (misal: C4);
7)
Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan
Kolom kosong yang lainnya (misal C5);
8)
Klik Stat
9)
Pilihlah ANOVA
10) Klik
Test for Equal Variances
11) Isilah
pada kotak Responses dengan C4 dan Faktor dengan C5
12) Isikan
Title
13) Klik
OK
d. Melakukan
uji kesamaan rata-rata
Adapun
langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:
1. Membuat
hipotesis
H0 : µ1 = µ 2
= µ3
H1
: Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama
2. Menentukan
taraf nyata (α)
3. Menentukan
wilayah kritisnya dengan menggunakan rumus f>fα [ k – 1, N
– K].
4. Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel[27].
Tabel
3.5 Data hasil belajar siswa kelas populasi[28]
Populasi
|
2
|
||||
1
|
2
|
3
|
1
|
||
X11
X12
.
.
X1n
|
X21
X22
.
.
X2n
|
X11
X12
.
.
X1n
|
X21
X22
.
.
X2n
|
||
Total
Nilai
Tengah
|
T1
|
T2
χ2
|
Total
Nilai
Tengah
|
T1
χ1
|
T2
χ2
|
Perhitungannya
dengan menggunakan rumus :
Jumlah Kuadrat Total (JKT) := -
Jumlah Kuadrat untuk Niilai Tengah
Kolom (JKK): -
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT –
JKK
Masukkan
data hasil perhitungan ke tabel berikut :
Tabel
3.6 Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Sumber
Keragamam
|
Jumlah
Kuadrat
|
Derajat
Bebas
|
Kuadrat
Tengah
|
f Hitung
|
Nilai
Tengah Kolom
Galat
|
JKK
JKG
|
k
– 1
N
– k
|
=
=
|
|
Total
|
JKT
|
N
– 1
|
5. Keputusannya
Ho
diterima jika f ≤ f α [ k – 1, N – k]
Ho
ditolak jika f > f α
[ k – 1, N – k].[29]
Penulis
juga melakukan uji kesamaan rata-rata menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Inputkan data ke dalam Software Minitab;
2)
Klik Data;
3)
Pindahkan kursor ke Stack;
4)
Klik Columns;
5)
Isilah kotak pada stack
the following columns dengan dengan melakukan double klik pada
masing-masing data;
6)
Isilah kotak pada Column
in current worksheet dengan kolom kosong (misal: C4);
7)
Isilah kotak pada Store
Subscripts in dengan Kolom kosong yang lainnya (misal C5);
8)
Klik Stat;
9)
Pilihlah ANOVA;
10) Klik
One-Way;
11) Isilah
pada kotak Responses dengan C4dan Faktor dengan C5;
12) Isilah
confidence level;
13) Klik
OK;
e.
Pemilihan
Sampel
Berdasarkan
perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal, homogen serta
memiliki kesamaan rata-rata, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak.
Pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah dengan cara menulis nama kelas
di kertas dan menggulungnya. Kemudian penulis mengundi gulungan kertas dan
mengambil dua gulungan secara acak. Kertas pertama yang terambil merupakan
kelas eksperimen 1, sedangkan pengambilan kertas kedua merupakan kelas
eksperimen 2.
D. Variabel dan Data
1.
Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan Penulisan.
Adapun yang menjadi variabel dalam Penulisan ini adalah:
a.
Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau variabel yang menjadi
sebab perubahan. Pada Penulisan ini yang menjadi variabel bebas adalah strategi
pembelajaran kooperatif tipe Team Geam
Tournament dan strategi pembelajaran aktif tipe Every One is A Teacher Here .
b.
Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel yang
menjadi akibat. Pada Penulisan ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil
belajar siswa setelah diberi perlakuan strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament dan strategi
pembelajaran aktif tipe Every One is A
Teacher Here.
2.
Data
a.
Jenis Data
Data
yang digunakan dalam Penulisan ini adalah:
1) Data
primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh Penulis dari sumber utamanya.[30]
Data primer pada Penulisan ini adalah
hasil belajar matematika siswa yang didapat setelah Penulis mengadakan
eksperimen.
2) Data
sekunder yaitu data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen atau data
yang telah diarsipkan.[31]
Data sekunder dalam Penulisan ini adalah nilai ujian tengah semester II
matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Panti.
b.
Sumber Data
Sumber
data pada Penulisan ini adalah:
1)
Data primer : Seluruh
siswa kelas sampel VIII SMPN 1 Panti. Data sekunder : Guru bidang studi
matematika kelas VIII SMPN 1 Panti.
E.
Prosedur
Penulisan
Penulisan ini
dilaksanakan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
1.
Tahap
Persiapan
Sebelum
Penulisan dilaksanakan, Penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan Penulisan yaitu:
a.
Menetapkan tempat dan
jadwal Penulisan.
b.
Mengumpulkan data nilai
ujian Mid Matematika siswa semester 2 kelas VIII. Data diperoleh dari guru mata
pelajaran Matematika kelas VIII.
c.
Menetapkan sampel Penulisan
dengan teknik random sampling
d.
Mempersiapkan perangkat
pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol, beserta Lembar Kerja Siswa untuk kelas
eksperimen.
e.
Mempersiapkan kisi-kisi
soal uji coba tes Matematika.
f.
Menyusun soal uji coba
tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat .
g.
Melakukan validasi RPP,
LKS, dan soal uji coba
h.
Lembar hasil validasi
i.
Uji coba soal
2.
Tahap
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, Penulisan
ini terdiri dari dua kelas sampel dengan masing-masingnya empat kali pertemuan
untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes. Pada kelas eksperimen
1 dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe team geam tournament.
Tabel 3.7 Langkah-langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen
1 dan Kelas Eksperimen 2
Kelas
Eksperimen
1
|
Kelas Eksperimen 2
|
Pendahuluan
a.
Guru memulai
pembelajaran dengan berdoa.
b.
Guru mengecek
kehadiran siswa dan kesiapan siswa.
c.
Guru memberikan
apersesi dan motivasi agar siswa lebih aktif dalam belajar.
d.
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
e.
Guru menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran.
|
Pendahuluan
a.
Guru memulai
pembelajaran dengan berdoa.
b.
Guru mengecek kehadiran
siswa dan kesiapan siswa.
c.
Guru memberikan
apersesi dan motivasi agar siswa lebih aktif dalam belajar.
d.
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
e.
Guru menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran.
|
Kegiatan
inti
Eksplorasi :
a.
Guru memberikan
siswa beberapa soal yang memerlukan perenungan dan pemikiran yang ada pada
LKS
b.
Guru
memerintahkan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang ada secara
perorangan.
Elaborasi :
a. Siswa mengerjakan soal di LKS secara perorangan.
b.
Setelah semua
siswa menyelesaikan jawabannya secara perorangan, siswa duduk
berpasangan dan saling berbagi jawaban dengan pasangannya.
c.
Setiap pasangan
membuat jawaban baru bagi setiap pertanyaannya, memperbaiki jawaban
perorangan.
d.
Bila semua pasangan
telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan
pasangan lain di dalam kelas.
Konfirmasi :
a.
Guru bersama-sama siswa
membahas soal yang dikerjakan di depan tulis.
b. Guru
memberikan penekanan tentang materi yang baru dipelajari.
|
Kegiatan inti
Eksplorasi :
a.
Guru meminta siswa membaca
bahan pelajaran terkait materi yang sedang dipelajari.
Elaborasi :
a.
Guru membagikan kartu
indeks kepada tiap siswa, kemudian guru meminta siswa membuat sebuah
pertanyaan pada kartu indeks, baik mengenai soal maupun materi. Guru
membimbing siswa dalam pembuatan soal atau pertanyaan.
b.
Guru mengumpulkan dan
mengocok kartu indeks, kemudian mengembalikan kartu kepada setiap siswa.
c.
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyelesaikan pertanyaan yang mereka dapatkan.
d.
Guru meminta siswa
menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan di depan kelas,
siswa dapat diminta secara suka rela atau dipilih secara acak. Siswa yang
melakukan presentasi disesuaikan dengan indikator dan waktu pembelajaran.
e.
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk menanggapi presentasi siswa yang tampil.
Konfirmasi :
a.
Guru memberikan konfirmasi
atas penampilan dan tanggapan siswa.
b.
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit
dan memberikan penjelasan terhadap pertanyaan tersebut.
|
Penutup
a.
Guru bersama
siswa membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
b.
Guru memberikan
tugas kepada siswa mengenai materi yang sudah dipelajari.
|
Penutup
a.
Guru bersama
siswa membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
b.
Guru memberikan
tugas kepada siswa mengenai materi yang sudah dipelajari.
|
3.
Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut:
a.
Memberikan tes akhir
pada kelas eksperimen 1 dan kelaseksperimen 2 setelah Penulisan berakhir, agar
hasil Penulisan dapat diketahui. Tes akhir pada kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 dilakukan pada tanggal 26 November 2015 .
b.
Mengolah data hasil tes
akhir.
c.
Menarik kesimpulan
berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan membandingkannya dengan hipotesis
sementara yang telah dibuat sebelumnya.
F.
Instrumen
Penulisan
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam Penulisan ini adalah tes hasil belajar matematika
siswa. Tes
yang akan diberikan tes tertulis berbentuk essay,
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Bentuk soal yang digunakan dalam tes berupa
soal essay karena melalui tes
bentuk essay ini Penulis bisa melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam
menyerap informasi terhadap materi yang diajarkan melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe team geam tournament dan pembelajaran
aktif tipe Every One is A Teacher Here.
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam membuat soal tes adalah sebagai berikut :
a.
Menyusun tes
Dalam
menyusun tes penulis melakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menentukan tujuan
mengadakan tes, yaitu untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa.
b)
Mengadakan pembatasan
terhadap bahan yang akan diujikan.
c)
Membuat kisi-kisi tes.
d)
Menyusun soal tes
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
e)
Membuat kunci jawaban.
f)
Melakukan validasi soal
uji coba kepada tim ahli.
Suatu
tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Validasi yang digunakan adalah validasi isi. Tes yang dirancang harus
sesuai dengan indikator pembelajaran dan kisi-kisi soal. Soal-soal tes
diberikan kepada beberapa orang ahli untuk menvalidasi soal-soal yang telah
dibuat dengan kesimpulan dapat digunakan dalam pembelajaran.
b. Melakukan
Uji Coba
Sebelum
tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes diuji cobakan pada
kelas selain kelas sampel. Uji coba dilakukan pada kelas ini karena memiliki
ciri yang sama dengan kelas sampel yaitu normal, homogen dan memiliki kesamaan
rata-rata. Uji coba ini dilakukan untuk menentukan validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
c. Analisis
soal tes
Untuk
mendapatkan soal tes yang baik, maka lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Validitas
Tes
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument.
Instrument dikatakan valid jika mampumengukur apa yang diinginkan melalui data
dan variabel yang diteliti secara sadar.[32]
Untuk
menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi product moment yaitu:
Keterangan:
= koofesien korelasi antara variabel X dan variabel
Y
|
|
= Jumlah testee
|
|
= jumlah perkalian antara skor item dan skor total
|
|
= jumlah skor item
|
|
= jumlah skor total
|
Setelah
didapat kemudian
dibandingkan dengan harga kritik nilai product
moment distribusi untuk α =0,05 dan jumlah siswa N= 24 kaidah keputusannya
adalah:
jika
>
berarti soal valid
Setelah
didapatkan keputusan soal itu valid, selanjutnya dilihat kriteria penafsiran
mengenai indeks korelasi product moment
yaitu sebagai berikut:
0,81 1,0 :
sangat tinggi
0,61 0,80 :
tinggi
0,41 0,60 :
cukup
0,21 0,40 :
rendah
0,00 0,20 :
sangat rendah.[34]
Berdasarkan
hasil analisis validasi diperoleh nilai r
masing–masing item soal kemudian dicocokkon dengan kriteria interprestasi
product moment dengan angka kasar.
b)
Reliabelitas
Tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran ketepatan alat Penulisan
dalam menunjukkan sesuatu yang hendak diukur. “Reliabilitas tes artinya keadaan suatu tes jika tes tersebut diteskan kembali maka dapat menghasilkan
informasi yang konsisten, tetap dan andal”.[35] Untuk menentukan koefisien reabilitas
digunakan rumus alpha yang dinyatakan dengan
=
keterangan:
: reabilitas yang dicari
: jumlah varians skor tiap- tiap item
: varians total
Rumus
varians [36]:
Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
harga kritik pada tabel product moment.
Jika maka tes tersebut reliabel. Kriteria reliabilitas tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Reliabilitas Tes
Nilai r
|
Kriteria
|
0.90 r< 1.00
|
Reliabilitas tinggi sekali
|
0.70 r< 0.90
|
Reliabilitas tinggi
|
0.40 r< 0.70
|
Reliabilitas sedang
|
0.20 r< 0.40
|
Reliabilitas rendah
|
0.00 r< 0.20
|
Reliabilitas sangat rendah sekali
|
c)
Tingkat
Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah suatu
bilangan yang menunjukkan sulit
mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sulit. Menurut Zainal Arifin, untuk menghitung tingkat kesukaran
dapat digunakan langkah-langkah berikut:
1)
Menghitung rata-rata skor untuk tiap
butir soal dengan rumus:
2)
Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:
3)
Membandingkan tingkat kesukaran dengan
kriteria berikut:
0,00
– 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
4)
Membuat penafsiran tingkat kesukaran
dengan cara membandingkan koefisien tingkat kesukaran dengan criteria.[37]
d) Daya
Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya
pembeda soal dapat
digunakanlangkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung
jumlah skor total tiap peserta didik.
2) Mengurutkan
skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.
3) Menetapkan
kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di atas 30)
dapat ditetapkan 27%.
4) Menghitung
rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok
bawah).
5) Menghitung
daya pembeda soal dengan rumus:
Keterangan :
DP = daya pembeda
= rata- rata kelompok atas
= rata-rata kelompok bawah
6) Membandingkan
daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut:
0,40 ke atas
|
=
|
Sangat baik
|
0,30 – 0,39
|
=
|
Baik
|
0,20 – 0,29
|
=
|
Cukup, soal perlu diperbaiki
|
0,19 ke bawah
|
=
|
Soal kurang
baik, soal harus dibuang[38]
|
Menurut Suharsimi Arikunto dibedakan
antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas). Untuk kelompok kecil
seluruh kelompok testee dibagi 2 sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok
bawah.[39]
G. Teknik Analisa
Data
Pada Penulisan ini diperoleh
data yang berasal dari instrumen Penulisan yaitu tes akhir yang berupa tes
hasil belajar matematika siswa. Untuk
melihat perbedaan hasil belajar siswa antara dua kelas sampel digunakan uji-t.
Sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas variansi terhadap sampel.
1.
Uji Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk
melihat apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan
H0
: Data sampel berdistribusi normal
H1
: Data sampel tidak berdistribusi normal
Adapun langkah – langkah untuk
melihat sampel berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji Lilifors sebagai berikut:
a.
Mengurutkan nilai tes hasil belajar
matematika kelas SMPN 1 Panti dari yang terkecil sampai terbesar.
b.
Mencari skor baku dari skor mentah dengan
mengunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
Simpangan Baku
Xi
= Skor yang diperoleh siswa ke-i
µ = Skor rata - rata
c.
Dengan penggunaan daftar distribusi
normal baku dihitung peluang F(zi) = P (P < zi).
d.
Menghitung jumlah proporsi skor baku yang
lebih kecil atau sama zi yang dinyatakan dengan S(zi)
dengan menggunakan rumus:
e.
Menghitung selisih antara F(zi)
dengan S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
f.
Ambil harga mutlak yang terbesar dari
harga mutlah selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks .
g.
Bandingkan nilai Lo yang
diperoleh dengan nilai Ltabel. Pada taraf 0,05, jika L0 L tabel , maka Ho
ditolak. Dan jika L0 Ltabel , maka Ho
diterima.[40]
Penulis
juga melakukan uji normalitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil uji sebelumnya dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Inputkan
data ke dalam Software Minitab
2) Klik
Stat
3) Pilihlah
Basic Statistics
4) Klik
Normality Test
5) Isikan
variabel yang akan diinputkan pada kotak Variable
6) Isikan
Title
7) Klik
OK
Untuk
melihat data berdistribusi normal, dapat menggunakan interpretasi nilai
P-value, yaitu data berdistribusi normal apabila nilai P-value lebih besar dari
taraf nyata α = 0,05 dan tidak normal jika sebaliknya.
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kelas sampel mempunyai
variansi yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Membuat hipotesis, yaitu:
H0 : =
H1 :
b.
Menghitung variansi masing-masing kelompok
c.
Menghitung variansi gabungan dari sampel menggunakan rumus:
d.
Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
e.
Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2)
dengan rumus:
X2 = (ln 10)
f.
Membandingkan dengan dengan kriteria bila untuk taraf α maka tolak H0 artinya sampel tidak homogen. [41]
Penulis
juga melakukan uji homogenitas menggunakan alat bantu berupa Software Minitab untuk membandingkan hasil sebelumnya dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Inputkan data ke dalam Software Minitab
2)
Klik Data;
3)
Pindahkan kursor ke Stack;
4)
Klik Columns…;
5)
Isilah kotak pada stack the following
columns dengan melakukan double klik pada masing-masing data;
6)
Isilah kotak pada Column in current
worksheet dengan kolom kosong (misal: C3);
7)
Isilah kotak pada Store Subscripts in dengan
Kolom kosong yang lainnya (misal C4);
8)
Klik Stat
9)
Pilihlah ANOVA
10) Klik
Test for Equal Variances
11) Isilah
pada kotak Responses dengan C3
12) Isilah
pada kotak Faktor dengan C4
13) Isikan
Title;
14) Klik OK
Data
disebut homogen, apabila nilai P-value lebih besar dari taraf nyata α = 0,05
dan tidak homogen jika P-value lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05.
3.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil
belajar siswa kelas
eksperimen 1 berbeda dengan kelas eksperimen 2.
Hipotesis
yang
akan diuji adalah :
H0 : = Hasil belajar siswa yang mengikuti
strategi pembelajaran kooperatif tipe team
geam tournament tidak beda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran aktif
tipe Every One is A Teacher Here.
H1:
Hasil belajar siswa yang mengikuti
strategi pembelajaran kooperatif tipe team
geam tournament berbeda dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi
pembelajaran aktif tipe Every One is A
Teacher Here.
µ1
adalah rata-rata kelas eksperimen 1 dan µ2 adalah rata-rata kelas eksperimen
2. Jika
setelah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas diperoleh data berdistribusi normal dan variansi homogen, maka dilakukan uji t[42]:
dengan
Dimana:
= nilai rata-rata kelas eksperimen
= nilai rata-rata kelas
kontrol
s1
= standar deviasi kelas eksperimen
s2
= standar deviasi kelas kontrol
s = standar deviasi gabungan
n1
= jumlah siswa kelas eksperimen.
n2
= jumlah siswa kelaskontrol
Penulis
menggunakan Software Minitab untuk lebih mengakuratkan data Penulisan
pengujian hipotesis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Input nilai kelas
eksperimen pada C1 dan nilai kelas kontrol pada C2
2)
Klik Stat
3)
Pilih Basic
Statistic
4)
Klik 2-Sampel
t
5)
Klik samples
in different columns
6)
Isilah First
dengan peubah C1
7)
Isilah Second
dengan peubah C2
8)
Klik Options
9)
Isilah Confidence
level
10)
Isilah Alternative
dengan memilih hipotesis alternative yang diinginkan (dalam kasus ini: not
equal)
11)
Klik OK
Kriteria
pengujian adalah terima H0 apabila nilai P-value lebih besar dari dan tolak H0
jika sebaliknya. Berdasarkan uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0
dan terima H1.
[1] Fuad Ihsan, Dasar – Dasar Kependidikan,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2003) hal.2
[2] Depdiknas,
Undang- Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta : Depdiknas, 2003) hal. 20
[3] Erman
Suherman, Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA 2001) hal. 17
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung :
CV Penerbit Jamanatul Ali-Art, 2004), h.250
[5]Agus Suprijo , Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi,
PAIKEM (Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2009), h. 10
[7] Masnur Musclih, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Malang:
Bumi Aksara, 2007), h.48
[8] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 52
[10] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa
Aktif)..., h.183
[11] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan..., h.126
[13] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa
Aktif)…, h.32
[14] Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa
Aktif)…, h. 61
[17] Nasution, Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,( Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
[19] Nur’ani, Penerapan Strategi Pembelajaran Every One Is
A Teacher Here (ETH) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas X MAN Koto Baru
Padang Panjang, (Skripsi,tidak
diterbitkan: Stain Bukittinggi,2012),hal.20
[20] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-16, h. 88
[21] Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penulisan..., h.99
[22] Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi
Penelitan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.104
[23] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan
Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta :Bumi Aksara,2006), h.108
[24] Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi
Penelitan Pendidikan..., h.104
[25] Sudjana, Metode Statistika,
(Bandung: Tarsito, 2002) , h. 466
[26] Sudjana, Metode Statistika …,
h. 261 – 263
[27] Ronal, E. Walpole, Pengantar
Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h.383
[28] Ronal, E. Walpole, Pengantar
Statistika …, h. 384
[29] Ronal, E. Walpole, Pengantar
Statistika …, h. 384
[30] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan
…,h.84
[31] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penulisan
…,h.85
[32] Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta:
Bumi Aksara, 1999), h.79
[33] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 115
[34] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 257
[37]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip,
Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 135
[40]Sudjana, Metode Statistika ...
,h. 466
[41]Sudjana, Metode Statistika ... ,
h. 261-263
[43] Sudjana, Metode Statistika
…, h.239
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi
Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung:
Diponegoro
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada
Press
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nur’ani. 2011. Penerapan
Strategi Pembelajaran Every One Is A Teacher Here (ETH) Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas X MAN Koto Baru Padang Panjang. Skripsi, tidak diterbitkan: Stain Bukittinggi.
Proposal
Penelitian. Ria Sriwahyuni (Nim 83895). Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang. 2011
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Skripsi.
Ranti Sinta Tia (Nim : 2410.028). Jurusan
Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (Ftik) Institut Agama Islam Negeri (Iain) Bukittinggi. 2015 M/1436H.
Skripsi.
Ronal Rifandi (2007/ 83943). Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Padang. 2011
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2002. Metode Statistik.
Bandung: PT. Tarsito
Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryabrata, Sumadi. (2004). Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo.
-----------------.
(2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Walpole, Ronal. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta: PT
Gramedia Persada.